Senin, 27 Agustus 2012

PELATIHAN GURU KECIL DI SDN FATUMONAS, SALAH SATU SD DI KECAMATAN AMFOANG TENGAH, KABUPATEN KUPANG-NTT

Dok. Simon Seffi (YCM 2012)
Kegiatan yang melibatkan adik-adik pelajar kelas IV, V dan VI ini dilaksanakan oleh kawan-kawan mahasiswa Amfoang yang tergabung dalam Komunitas Mahasiswa Peduli Amfoang (KMPA) selama 2 hari, sejak tanggal 10 hingga 11 Agustus 2012. Adik-adik pelajar yang dilatih selama 2 hari kegiatan ini kemudian akan diarahkan membentuk kelompok belajar di lingkungannya, dengan menghimpun dan belajar bersama (mengajari) adik-adiknya yang masih kelas I, II, dan III yang belum bisa membaca, menulis dan berhitung. 

Di Amfoang (6 kecamatan), tidak sedikit siswa di tidak sedikit SD yang hingga kelas III bahkan kelas IV belum bisa membaca, menulis, dan berhitung. Akibatnya, selain penguasaan materi pembelajaran yang tidak terlalu maksimal hingga rendahnya kualitas lulusan, adik-adik juga dipastikan akan kesulitan memahami materi lanjutan pada jenjang pendidikan berikutnya. Sehingga tidak berlebihan jika kualitas pendidikan di kabupaten kupang khususnya di Amfoang terkesan sementara berada pada kondisi ‘darurat’ jika dikaitkan dengan pencapaian kelulusan tahun ini (tahun-tahun sebelumnya juga tidak berbeda jauh) yang menempatkan Kabupaten Kupang pada posisi juru kunci dari posisi kabupaten lainnya di propinsi NTT, yang juga menempati posisi juru kunci pada pencapaian tingkat kelulusan secara nasional. Minimnya jumlah termasuk sebaran guru yang tidak merata, mekanisme pengambilan gaji yang mengharuskan tiap guru ke kota kabupaten meninggalkan tugas pokoknya paling cepat seminggu akibat buruknya kondisi sarana dan prasarana transportasi dari dan ke Amfoang, belum maksimalnya dukungan sarana dan prasarana pembelajaran, diduga termasuk merupakan bagian faktor penyebab masalah tersebut di atas.

Di SDN Fatumonas, tidak sedikit siswa yang hingga kelas III belum bisa membaca dan menulis termasuk berhitung, sehingga dalam kegiatan pelatihan, para calon guru cilik ini diajak berdiskusi mengenai yang bisa dilakukan untuk membantu adik-adik mereka sebelum akhirnya mereka sendiri yang berinisiatif membentuk kelompok belajar dan mengajak adik-adik mereka untuk terlibat. Selain materi terkait apa yang akan dilakukan sebagai guru cilik dalam kelompok belajar, hal-hal teknis dalam pembelajaran di kelompok belajar, para guru cilik ini juga mendapat materi mengenai perilaku hidup sehat yang diberikan oleh kakak-kakak petugas kesehatan (Bidan Desa) dari puskesmas Fatumonas (saat itu, bersama pihak sekolah langsung merencanakan pengadaan fasilitas cuci tangan di sekolah dan para siswa diharuskan mencuci tangan sebelum jajan). Rencananya, selain kemampuan dasar (baca, tulis dan hitung), materi-materi kesehatan juga akan disampaikan di tiap kelompok belajar sekali setiap bulan oleh para petugas kesehatan, termasuk adanya kebun sayur yang harus dimiliki oleh tiap kelompok belajar termasuk tiap anggota kelompoknya. Di hari terakhir, para guru cilik yang telah membentuk kelompok dan duduk berkelompok sesuai kelompok belajar membuat rencana tindak lanjut di tiap kelompok termasuk hari dan jam (jadwal) kegiatannya. 

Dalam diskusi di akhir kegiatan, pihak sekolah berjanji akan memantau aktifitas di tiap kelompok belajar, dan bersama-sama dengan KMPA akan mengevaluasi perkembangan di kelompok belajar dengan menyelenggrakan kegiatan lomba membaca cepat, menulis, atau kegiatan lain sejenis (dikondisikan) setiap 4 bulan.

cerita ini ditulis oleh Simon Seffi, Ashoka Young Changemakers 2012

Jumat, 10 Agustus 2012

Sarasehan Gerakan Masyarakat Satu Mimpi untuk Indonesia Menuju Homeless World Cup Mexico City 2012

original post: http://www.bccf-bdg.com/webs/the-news/245-gerakan-masyarakat-satu-mimpi-untuk-indonesia-menuju-homeless-world-cup-mexico-city-2012.html 

MONDAY, 06 AUGUST 2012 12:21 BLACK HEAVEN



Sampurasun
Rumah Cemara mengundang sahabat komunitas untuk hadir di program Presentasi, Sarasehan & Jumpa Pers Gerakan Masyarakat Satu Mimpi untuk Indonesia Menuju Homeless World Cup Mexico City 2012.

LATAR BELAKANG
Rumah Cemara adalah organisasi berbasis komunitas untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan pengguna narkoba di Indonesia, didirikan oleh lima mantan pengguna narkoba dengan satu tujuan, Indonesia tanpa stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dan pengguna narkobaSehubungan dengan akan diadakannya kembali kejuaraan internasionalstreet soccer Homeless World Cup 2012 yang akan diselenggarakan bulan Oktober 2012 di Mexico Citydimana pada tahun ini kembali Rumah Cemara ditunjuk sebagai National Organizer untuk Republik Indonesia oleh panitia pusat Homeless World Cup yang berpusat di Skotlandia.
Homeless World Cup adalah Kejuaraan yang diadakan setiap tahun, sebuah kompetisi sepakbola internasional, yang mempersatukan lebih dari 300,000 orang-orang yang punya permasalahan terkait Ketunawismaan dan yang termarjinalkan secara sosial untuk mendapatkan kesempatan sekali seumur hidupnya dan mewakili negaranya serta mengubah kehidupannya.
Homeless World Cup didukung oleh UEFA, dan klub-klub besar dunia seperti Manchester United, Real Madrid, Ambassador Eric Cantona dan pesepakbola internasional seperti Didier Drogba dan Rio Ferdinand

Rumah Cemara & Homeless World Cup
  • Turnamen internasional yang melibatkan lebih dari 70 negara.
  • Rumah Cemara dalah National Partner untuk Homeless World Cup sejak 2009.
  • Indonesia memulai debut nya di Homeless World Cup (HWC) 2011, Paris.
  • Indonesia membentuk tim Indonesia berisikan Orang dengan HIV/AIDS, Pengguna Narkoba dan Masyarakat kurang mampu
  • Di HWC 2011, Paris, Indonesia menduduki posisi ke-6.
  • Di HWC 2011, Paris, Indonesia dinobatkan sebagai tim pendatang baru terbaik.
  • Ginan Koesmayadi, kapten tim Indonesia, dinobatkan sebagai pemain terbaik HWC 2011, Paris.
  • Indonesia saat ini menduduki posisi 22 dunia.
Terlepas dari segela keberhasilan yang telah diraih oleh tim Indonesia di tahun 2011, tahun ini pun kami masih menghadapi banyak kendala dalam mendapatkan dukungan finansial, terutama dari badan pemerintahan terkait dengan isu ini. 
Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk membentuk sebuah strategi penggalangan dana yang bertajuk Gerakan Masyarakat Satu Mimpi untuk Indonesia Menuju Homeless World Cup Mexico City 2012.
Harapan kami dengan adanya sebuah gerakan masyarakat ini adalah, tim Indonesia untuk Homeless World Cup untuk tahun ini dan tahun kedepannya, akan lebih menjadi bagian dari masyarakat dan tidak menjadi ekslusif milik Rumah Cemara semata.

TUJUAN
Dengan akan berlangsungnya kegiatan besar tersebut, kami Rumah Cemara sebagai Indonesia National Organizer Homeless World Cup 2012, bertujuan untuk mensosialisasikan strategi Gerakan Masyarakat Satu Mimpi untuk Indonesia Menuju Homeless World Cup 2012 Mexico City.

TEMPAT & WAKTU
Hari : Jumat, 10 Agustus 2012
Jam : 16.00 – 19.30 WIB
Tempat : Simpul Space II - Bandung Creative City Forum (BCCF)
Jalan Purnawarman No. 70 Bandung

AGENDA

16.00 : Pembukaan / sambutan oleh BCCF
16.10 : Penjelasan tentang Rumah Cemara dan program Sepakbola oleh Ginan
16.25 : Pemutaran film singkat tentang Rumah Cemara dan Sepakbola
16.40 : Penjelasan “Gerakan Masyarakat Satu Mimpi” oleh Febby
17.00 : Press conference Tim Nasional Homeless World Cup 2012
17.15 : Diskusi
17.45 : Buka Puasa Bersama & Ramah Tamah

Kamis, 09 Agustus 2012

#IYDchange

International Youth Day setiap tahunnya diperingati tanggal 12 Agustus. Dalam rangka memperingati International Youth Day, Regina (Ambassador Asia Pacific Youth Network), Ashoka dan Indonesian Future Leaders berkolaborasi mengadakan tweetchat dengan topik #IYDchange (Anak Muda dan Perubahan). Diskusinya akan seputar apa arti Change/Perubahan buat kamu dan situasi apa yang ingin kamu ubah berkaitan dengan isu sosial di masyarakat (kesehatan, pendidikan, lingkungan, HAM, dan pengembangan ekonomi).

Tweetchat #IYDchange ini akan berlangsung pada 12 Agustus 2012 jam 20.00 WIB di http://tweetchat.com/room/IYDchange. Berikut ini langkah-langkah untuk bergabung dalam tweetchat #IYDchange.

1) sign in http://tweetchat.com/ 
2) enter #IYDchange on # to follow 

See ya!

Selasa, 07 Agustus 2012

"If you aren't given the tools of applied empathy as a young child, we shouldn't be blaming you -we should be blaming us. We have to have a revolution so that all young people grasp empathy and practice it. This is the most fundamental revolution that we have to get through." --Bill Drayton, Founder and CEO, Ashoka

Everyone A Changemaker Begins With Empathy

Ashoka envisions an Everyone A Changemaker world: one that responds quickly and effectively to social challenges; one where each individual has the freedom, confidence, and societal support to address any social problem and drive change.

For more than 30 years, Ashoka has identified and supported leading social entrepreneurs who are solving entrenched social problems across the globe. Being at the center of this network provides us a deep understanding of the key levers for bringing about structural social change in society, across industries and sectors.

We've learned from our network of Ashoka Fellows that empathy is foundational to changemaking. Social entrepreneurs apply empathy with intention and rigor, leading their work (and ultimately their success) from a place of deep understanding of others. Many of them have created powerful ways to cultivate empathy in others and to build institutions and cultures in which it can thrive.

Empathy is a common thread connecting seemingly disparate fields and issue areas: challenging our notion of "otherness" in the field of disability, forging alliances between business leaders and local communities to protect the environment, and equipping children and adults alike with the skills they need to take on multiple perspectives, collaborate effectively, and solve problems.

Everyone a Changemaker begins with empathy.

Why Empathy?

The world is changing faster than ever before. Our success -as individuals, institutions, and society- increasingly depends on our ability to be changemakers, equipped with the skills and mindset to create solutions where others see only problems.

In this world, empathy is more than a moral compass: it plays a crucial role in innovation and changemaking. It means the ability to grasp the many sides of today's complex problems and the capacity to collaborate with others to solve them; it means being as good at listening to the ideas of others as articulating your own; it means being able to lead a team one day, and participate as a team member the next.

We are daily confronted with an unprecedented level of connectivity. Amidst colliding cultures, fields, and worldviews, success requires an ability to forge new and effective relationships. It requires empathy.

We need empathy to: collaborate succesfully, solve problems, drive change, align interests, make good desicions, lead effectively.

What is Empathy?

Empathy (n): The ability to understand the feelings and perspectives of others and to use that understanding to guide one's actions.
"I want my son to be respected in his classroom not because he got a perfect score on his SAT's, not because he's the smartest kid in the class. I want him to be respected because he's the best teacher in the class; because he communicates well; because he has empathy for his peers; because he's always willing to stop what he is doing to help one of his friends." --Sal Khan, Khan Academy
"Leadership is about empathy. It is about having the ability to relate to and connect with people for the purpose of inspiring and empowering their lives." --Oprah Winfrey 

Senin, 06 Agustus 2012

Empathy Jamboree

Ninety-three family members from Boehringer Ingelheim Indonesia employees, Ashoka Fellows, Young Changemakers, Changemakers’ teachers joined in a two-day Empathy Jamboree on 7-8 July 2012 in the hill of Maribaya, Lembang, Bandung. Set in a camping activity, the event is expected for participants to learn how to activate empathy values within their own families in the aims to make their family healthier. Counting on personal stories where ideas can bring about change in the family as well as in the surrounding community, the Empathy Jamboree has facilitated how each family can become a home team to cultivate many more young changemakers for the society. Billtony, one of the BII staff claimed “through the Empathy Jamboree process, our family has communicated more equally and been able to address challenges in the family for something good in the future.”  









Jumat, 03 Agustus 2012

Siswa Sekolah Amfoang

Dok. Amfoang Community
Anak-anak Amfoang ini adalah generasi penerus bangsa. Apakah kamu tau Amfoang itu adanya di daerah mana? Jika belum tau, yuk kenalan dengan Amfoang Community yang digagas oleh Simon Seffi (Ashoka Young Changemakers 2012).