Minggu, 27 Mei 2012

Berikut ini cuplikan status Facebook Ibu Nia Kurniati, Guru Pembaharu SMPN 11 Bandung.




Berikut ini Dapat bbm dari Amilia Agustin.... "bu terimakasih telah membuat jalan hidup ami berbeda dengan orang lain seusia ami"
Syukur....Ahamdulillah Ya Robb...betapa bahagia melihatmu tumbuh dan terus berproses, menjadi pembuka jalan bagi keberhasilan orang lain.
Jangan pernah lelah memberi inspirasi ya sayang...walaupun hanya menjadi pelita, tapi pasti ia akan menerangi kegelapan. Belajarlah pada pensil, dia diciptakan untuk memberi jejak yang jelas ^_^

Amilia Agustin merupakan siswa SMPN 11 Bandung yang terpilih menjadi Ashoka Young Changemakers 2009.

Rabu, 23 Mei 2012

Let's Join Love For Life Initiative!


Di Indonesia, ada sekitar 1.260 anak yang positif terinfeksi HIV. Berdasarkan data dari Rumah Cemara, di Jawa Barat terdapat lebih dari 100 adik-adik kita (usia 1-12 tahun) yang positif terinfeksi HIV. Pedulikah kamu?

Kamu peduli dan kamu mau membuat perubahan bagi hidup adik-adik kita ini? Langkah pertama yang bisa kamu ambil adalah bergabung dan terlibat dalam gerakan Love For Life dengan menjadi Kakak bagi adik-adik ini, adik-adik yang positif terinfeksi HIV. Kamu bisa menjadi Kakak yang memberi perhatian, kasih sayang, mengajak bermain dan mendidik adiknya untuk bisa berkembang.

Kamu siap membangun hubungan dan berkomitmen menjadi Kakak? Kami mencari Kakak yang CARE –dari dasar hati yang paling dalam peduli dengan adik-adik kita yang positif terinfeksi HIV. LOVE –tulus dan ikhlas memberikan cinta dan kasih sayang untuk adik-adik tanpa pamrih dan tanpa memandang latar belakang, status sosial dan lain sebagainya. EDUCATE –membimbing adik-adik untuk belajar, tumbuh dan berkembang. SHARE –berbagi apapun, sekecil apapun bahkan dalam bentuk yang sangat sederhana seperti waktu dan perhatian.

Kamu yang merasa terpanggil untuk bergabung, silahkan daftarkan diri kamu dengan mengisi form aplikasi ini dan mengirimkannya kembali ke ycm@ashoka.or.id. Berikutnya, kamu akan mendapat pembekalan dari kakak-kakak Rumah Cemara. Pembekalannya hanya 1 hari saja diantara tanggal 28 Mei – 1 Juni 2012 di markas besar Rumah Cemara, Bandung.

Kegiatan berikutnya adalah bertemu dan interaksi langsung dengan para adik. Kamu, sebagai Kakak, akan dipertemukan dengan adik-adik melalui sebuah kegiatan bersama di tanggal 10 Juni 2012 di Bandung. Kegiatan bersama ini bukan akhir dari kegiatan! Ini justru awal dari segalanya! Paska kegiatan ini, kamu, sebagai Kakak, diharapkan bisa membangun hubungan dengan sang adik. Kamu melakukan pendekatan ke keluarga adik, berkunjung ke rumahnya, menghabiskan waktu bersama dengan bermain, belajar dan mengekplor dunia.

Kamu diberi kebebasan untuk menggagas ide kegiatan yang seru untuk sang adik, seperti mengajarinya mengenal huruf dan angka, bermain layangan, berkunjung ke kebun binatang, atau kegiatan seru dan kreatif lainnya. Selama, menjadi Kakak yang mendampingi sang adik, kamu  juga bisa terus berkomunikasi dengan kakak di Rumah Cemara dan Ashoka untuk menggali peluang-peluang pengembangan ide keren kamu!

Inisiatif ini merupakan kolaborasi antara Rumah Cemara, Ashoka dan para Ashoka Young Changemakers. Informasi lebih lanjut hubungi anTi 08567224599 atau ycm@ashoka.or.id.

Selasa, 22 Mei 2012

"The most important contribution any of us can make now (...) is to increase the proportion of humans who know that they can cause change."
--Bill Drayton, CEO and Founder of Ashoka

Jumat, 04 Mei 2012

Inspirasi Dari Jawa Timur

Gerakan Pembaharu Muda di Jawa Timur progresif banget! Ini berkat Ecoton -Mas Prigi Arisandi (Ashoka Fellow), Mas Amir (Ashoka YCM), Mas Andreas, Mba Riska, dan tim serta jaringan! Di Jawa Timur berkembang infrastruktur yang memungkinkan kaum muda untuk menjadi Changemakers untuk menjawab tantangan isu kali Brantas dan isu lingkungan dan kesehatan pada umumnya. Infrastruktur keren ini sudah melahirkan lebih dari 10 Ashoka Young Changemakers dan sedang berkembang inisiatif sosial dari puluhan kaum muda lain! Keren!


Creativity Starts From A Belief!

Kamu punya empati, lalu bagaimana caranya membuat perubahan bagi teman, komunitas dan masyarakat sekitar kamu? Satu hal penting yang perlu kamu lakukan adalah kamu harus percaya bahwa kamu bisa melakukannya! Dengan ide yang kamu miliki, kamu bisa membawa perubahan yang baik bagi teman, komunitas dan masyarakat di sekitar kamu!


#HowToBeAChangemaker

Rabu, 02 Mei 2012

Kuncinya Empati!

"Any human who does not master their learned skill (empathy) at a very high level will be marginalized and unable to contribute, let alone able to progress onto teamwork, leadership and changemaking." --Bill Drayton, Founder and CEO Ashoka

Peka Melihat Kebutuhan dan Peluang

Menjadi Young Changemakers itu gampang! Caranya?
Pertama, kamu harus mengasah empati kamu sehingga bisa peka merasakan kebutuhan teman, komunitas dan masyarakat di sekitar kamu. Iya, semudah itu! Ga percaya? Ini dia contohnya, Ria dan Arlian, para Young Changemakers dari SMPN 11 Bandung.

By movers
Wednesday April 11, 2012

Di sekolah ini, tulisan ‘jagalah kebersihan’ yang terpampang di dinding, bukan cuma slogan. Anak-anaknya menggagas perubahan kebiasaan, dengan konsekuensi, menambah aktivitas mereka di sekolah.

Dian Palupi

Waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB atau 30 menit sebelum bel masuk sekolah berbunyi bagi anak-anak di SMP Negeri 11 Bandung. Sisa waktu itu digunakan Ria Putri Primadanty, 13, untuk mengecek empat jamban bersih sehat jujur (BSJ) yang terletak di lantai 2.

Ketika mendapati banyak tapak sepatu membekas di lantai, Ria tak segan mengambil kain pel untuk membersihkannya. “Biar tetap bersih, karena ini tanggung jawab bersama,” ujar Ria. Jamban BSJ merupakan toilet yang dikhususkan untuk siswi yang sedang menstruasi. Di dalamnya dilengkapi dengan fasilitas pembalut wanita, celana dalam berbagai ukuran, sandal, dan tempat sampah. Para siswi yang sedang haid tidak perlu susah-susah lagi jika ingin ganti pembalut selama jam pelajaran sekolah.

Gagasan membentuk jamban BSJ berawal dari temuan pembalut wanita bekas pakai yang dibuang sembarang. “Risih dong ya, masa sekolah udah sehat, tapi toiletnya jorok,” tutur Ria.

Tergelitik dengan keadaan ini, Ria bersama sembilan orang siswi lainnya membentuk tim jamban BSJ. Mereka memanfaatkan toilet yang sudah ada.

dok. Rommy Pujianto

Untuk mewujudkan jamban BSJ mereka terjun langsung membersihkan dan membeli perlengkapan yang diperlukan. Kepala sekolah memberikan Rp300 ribu kepada tim ini untuk memenuhi segala kebutuhan jamban BSJ.

“Ria menghitung sendiri semua keperluan yang perlu dibeli, mulai dari rak sampai pembalut. Saya hanya bantu membimbing,” ujar Nia Kurniati, guru mata pelajaran Biologi SMP 11 Bandung.

Jamban BSJ mulai resmi digunakan pada 19 Oktober 2011. Para siswi cukup mengganti Rp500 untuk setiap pembalut yang mereka gunakan, dan Rp5.000 untuk celana dalam.

Uangnya ditaruh di kotak yang tersedia. Bila ada yang tidak membawa uang, atau hanya cukup untuk ongkos pulang, mereka boleh utang dulu dengan menulis di kertas yang disediakan dekat rak penyimpanan.

“Inilah makanya tidak hanya disebut jamban bersih dan sehat, tapi juga jujur. Karena perlu kejujuran masing-masing juga. Transaksinya itu kan tidak ada yang mengawasi,” ucap Ria, yang mengakui hingga saat ini masih ada siswi yang tidak jujur dengan mengambil tanpa bayar. Sejak jamban BSJ beroperasi, menurut Nia, jumlah anak yang minta izin untuk pulang karena haid semakin berkurang. Untuk menjaga kondisi toilet tetap nyaman, Ria dan tim bergantian memeriksa jamban BSJ sebelum masuk dan sepulang sekolah. Sosialisasi mengenai jamban BSJ dilakukan lewat kelas keputrian yang berlangsung setiap hari Jumat. Ria dan kawan-kawan menjelaskan kepada para siswi lainnya tidak hanya seputar kebersihan toilet, tapi juga pentingnya menjaga organ reproduksi, agar terhindar dari penyakit. “Kanker serviks salah satunya disebabkan dari masalah kurangnya menjaga kebersihan organ reproduksi,” ucap Ria yang mengaku banyak mendapat informasi tersebut dari ibunya yang bekerja di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Susahnya ubah kebiasaan



dok. Rommy Pujianto



Meskipun sudah melakukan sosialisasi, tak mudah untuk membuat semua siswi mau melakukan sesuai aturan yang diterapkan. “Masih ada yang bandel juga. Misalnya, kita kan menerapkan konsep toilet kering di sini. Jadi setiap orang juga mesti buka sepatu kalau mau menggunakan jamban, dan mengganti dengan sandal. Tapi, masih ada yang tidak melakukan,” ujar Ria.

Ada juga yang langsung membuang pembalut bekas pakai tanpa dicuci terlebih dahulu. Padahal aturannya sudah tertera di dinding toilet. “Mereka belum sadar akan kebersihan individu. Masih seenaknya saja dan bergantung pada petugas kebersihan semata.”

Ria sendiri tidak ingin anak lain menaati aturan hanya karena ada ia atau rekan lain yang mengawasi, melainkan karena kesadaran sendiri.

Rencananya bulan April ini seluruh toilet putri di SMP 11 akan dibuat seperti jamban BSJ. Menurut Ria, para siswi sendiri sudah mulai merasakan manfaat jamban BSJ yang ia bentuk.

“Ini kan khusus untuk yang sedang mens, tapi sekarang banyak yang tidak mens pun memilih menggunakan jamban BSJ, alasannya lebih bersih dari toilet putri yang lain. Ini kan artinya mereka sudah bisa rasakan perbedaannya,” tutur siswi yang bercita-cita jadi dokter dan penulis itu.

Zero waste event

Kalau Ria dan tim jambannya fokus pada masalah toilet, Arlian Puri Anggraeni sibuk memperjuangkan sampah. Siswi SMP 11 Bandung itu menggiatkan zero waste event, yakni pengelolaan sampah berbasis kelas. Program itu merupakan kelanjutan dari gerakan yang sudah lebih dulu digagas seniornya, Amilia Agustin, Go To Zero Waste SChool.

“Lebih spesifik lagi dari program sebelumnya, karena di sini tanggung jawabnya ada di setiap kelas,” ujar Arlian.

Kampanye yang dilakukan tidak lagi sekadar membuang sampah pada tempatnya, tetapi memilah sampah antara sampah plastik dan organik. Setiap kelas dilengkapi dengan dua macam tempat sampah. Arlian menjadi garda terdepan yang mengawasi pemilahan sampah yang dilakukan teman-temannya.

Untuk mengampanyekan program itu, Arlian memanfaatkan hobi menggambarnya sebagai sarana sosialisasi. Komik, poster, hingga wayang kertas dipakai untuk menyampaikan gagasan-gagasan kepada teman-teman sebaya.

Meski tidak selalu berjalan mulius, aksi nyata Arlian dan Ria membuahkan hasil yang bisa dirasakan semua warga sekolah. SMPN 11 Bandung meraih beberapa kali meraih penghargaan Sekolah Sehat se-Kabupaten Bandung. Jadi, tulisan ‘jagalah Kebersihan’ yang biasa terpampang di dinding sekolah, mestinya bukan cuma slogan ya!

original post: Media Indonesia

#HowToBeAChangemaker