Rabu, 04 Juli 2012

Selamat Datang 2 Pemuda NTT Dalam Komunitas Ashoka Young Changemakers

Selamat datang! Selamat bergabung dalam keluarga Ashoka Young Changemakers!

Bulan Juni lalu, Ashoka mulai mengadakan Seleksi Panel untuk memilih Ashoka Young Changemakers 2012. Telah terpilih 2 pemuda NTT, yakni Pether Tao dan Simon Seffi. Berikut ini profil singkatnya.

Pether Tao (22 tahun)


PETHER TAO

Maraknya penambangan mangan dan mulai ditinggalkannya profesi petani adalah 2 hal yang menjadi kepedulian Pether. Ia melihat para pemuda Naioni, Kupang, NTT cenderung memilih pekerjaan yang mudah dan instan seperti menjadi penambang mangan atau tukang ojek. Padahal, Naioni terkenal sebagai salah satu daerah penghasil sayur-mayur (holtikultura) utama pemasok untuk Kupang. Terlebih lagi, Pether menyadari bahwa kegiatan penambangan mangan akan merusak lingkungan dan suatu waktu akan habis karena mangan bukanlah bahan tambang yang dapat diperbaharui. Selain itu, menurut Pether, pekerjaan sebagai tukang ojek tidak banyak memberikan peningkatan ekonomi riil kepada masyarakat. Dalam waktu singkat, profesi tukang ojek ini banyak ditinggalkan dan tidak sedikit pemuda Naioni yang akhirnya menganggur.

Mengaktifkan dan mengembangkan kembali profesi petani sebagai sumber mata pencaharian utama di Naioni merupakan inisiatif yang digagas Pether. Ia bersama 23 orang temannya, sejak Agustus 2011, membentuk sebuah kelompok yang ia beri nama Lingkar Pemuda Tani Naioni. Saat ini, kelompok tersebut sudah berkembang dengan anggota sebanyak 40 orang, dengan rentang usia 15-25 tahun. Melalui kelompok ini, Pether bersama teman-temannya berusaha agar pertanian kembali menjadi salah satu usaha yang dapat memberikan permasukan, di sisi lain juga dapat meminimalisir kerusakan lingkungan dan mengurangi pengangguran. Sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Kupang, Pether memulai gagasannya bersama-sama pemuda di Lingkar Pemuda Tani Naioni bereksperimen mengujicoba berbagai teknik dan mencari cara yang paling efisien untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan menggabungkan pengetahuan lokal yang diwariskan turun-menurun di masyarakat dengan pengetahuan modern yang didapatnya di bangku kuliah. Melalui proses ini, Pether secara tidak langsung telah meningkatkan kapasitas pemuda dalam bidang pertanian dan memberi harapan baru terhadap profesi petani.

Dampak dan perubahan mulai terlihat di masyarakat. Kini masyarakat mulai aktif kembali mengolah lahan tidur yang sebelumnya terbengkalai. Lebih dari itu, masyarakat juga sudah mendapatkan pemasukan dari penjualan hasil panen. Dampak lainnya yang langsung terlihat adalah berkurangnya pengangguran karena pemuda Naioni akhirnya kembali belajar dan memahami bahwa menjadi petani adalah suatu hal yang membanggakan. Lebih dari itu, gagasan Pether juga mulai memberi pengaruh terhadap berkurangnya kerusakan lingkungan dan peran pemuda Naioni dalam mengatasi krisis pangan. Berikutnya, Pether berencana membangun koperasi untuk mengorganisir dan mengembangkan ekonomi petani.  

Simon Seffi (24 tahun)
SDN Lelogama, Amfoang


SIMON SEFFI


Sebagian besar anak-anak SD yang tinggal di daerah yang jauh dari kota mengalami kesulitan belajar. Banyak diantaranya masih belum lancar membaca ketika sudah duduk di bangku kelas 4. Beberapa bahkan terancam dikeluarkan dari sekolah karena tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Kesulitan belajar ini bukan karena kemampuan akademik dari setiap anak-anak tersebut, melainkan karena guru yang sering absen mengajar di kelas. Setiap bulannya, guru harus ke kota untuk mengambil gaji. Walaupun jaraknya tidak terlalu jauh, namun infrastruktur transportasi yang buruk membuat waktu tempuh perjalanan memakan waktu lama. Seminggu merupakan waktu yang paling cepat, bahkan ada yang sampai sebulan tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah. Simon merasakan masalah ini karena adik dan saudaranya juga mengalami hal yang sama.

Pada bulan Juli 2011, Simon mulai dengan mengajak adiknya yang sekolah di bangku SMP untuk mengajarkan adiknya yang masih kelas 2 SD. Tidak hanya sekedar mengajar adiknya, Simon meminta agar teman-teman di SD adiknya ikut juga kegiatan belajar bersama tersebut. Pada Agustus 2011 Simon melihat peluang bahwa ada anak-anak kelas 5 dan 6 SD yang punya kemampuan untuk bisa juga membantu adik-adik kelasnya. Melalui kegiatan cerdas cermat matematika, Simon merekrut anak-anak potensial untuk menjadi Guru Cilik. Kemudian melalui kegiatan diklat, Simon melatih 36 Guru Cilik di kecamatan Amfoang, kabupaten Kupang. Simon mengajak serta keterlibatan guru untuk mendampingi dan memonitor proses ini. Guru-guru cilik ini rutin mengadakan kegiatan belajar di luar jam sekolah sebanyak 2 kali dalam seminggu.

Hingga kini, sudah terbentuk 12 kelompok belajar di kecamatan Amfoang yang masing-masing kelompok dikelola oleh minimal 3 Guru Cilik. Manfaat tidak hanya dirasakan oleh  anggota kelompok belajar, tapi juga dirasakan oleh para Guru Cilik. Mereka terlatih dalam mengadakan kegiatan belajar mengajar, mulai dari mempersiapkan bahan ajar, kreatif mengembangkan metode penyampaian materi dan mencari berbagai cara agar adik-adik kelasnya bisa paham materi ajarnya. Guru Cilik ini juga menjadi lebih giat belajar karena sebelum menyampaikan materi, mereka harus terlebih dahulu paham tentang materi tersebut. Oleh karena itu, prestasi akademik dari Guru Cilik ini pun ikut meningkat. Simon menanggapi hal ini dengan memberikan insentif kepada Guru Cilik berupa beasiswa agar mereka bisa lebih termotivasi lagi untuk membantu adik kelasnya. Melalui kelompok ini, Simon telah berhasil menjangkau lebih dari 200 anak SD dengan kemampuan akademik yang berkembang pesat.  

Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada teman-teman KoAR NTT, Perkumpulan Pikul, Pak Hyronimus Fernandez (Ashoka Fellow) dan Mas Amirudin Muttaqin (Ashoka YCM, Ecoton) yang telah terlibat, berkontribusi dan berkolaborasi dalam pencapaian ini. Semoga pencapaian kita bisa menjadi awal yang asik untuk mewujudkan mimpi yang lebih besar.

1 komentar: