1 Cendy Claudia Agustin – Menjaga kualitas air sungai melalui Biomonitoring
Polisi Air - SMPN 1 Wonosalam Jombang
SMPN 1 Wonosalam yang menjadi tempat belajar cendy dan kawan – kawannya
merupakan sekolah yang terletak di lereng gunung Anjasmoro dan di kelilingi
beberapa bukit dan sungai – sungai yang jernih yang mengalir ke Kali
Brantas. Namun demikian banyak limbah
domestic mulai mencemari sungai tersebut. Cendy menyadari pentingnya menjaga
kualitas air sungai di daerahnya karena kualitas air di daerah hulu akan
berpengaruh terhadap kualitas air di daerah hilir, selain itu banyak masyarakat
menggantungkan hidupnya dari kualitas air sungai yang baik. Cendy mengembangkan
kegiatan polisi air, yaitu monitoring
terhadap kualitas sungai yang ada di wilayah desa wonosalam ( Sungai Gogor )
dan membuat laporan hasil nya untuk di buat laporan. Kemudian pada awal tahun
2011, Polisi air yang di motori oleh cendy telah memiliki 20 anggota yang
berasal dari pelajar SMPN 1 Wonosalam mengembangkan kegiatan Polisi air bukan
hanya sebuah kelompok yang melakukan kegiatan di sekitar sekolah,.tetapi
kemudian cendy dan kawan – kawan mulai melakukan kegiatan pemantauan kualiatas
air nya lebih di perluas di 5 sungai seluruh kecamatan wononsalam jombang.
Tidak puas dengan
kegiatan biomonitoring, cendy dan kawan – kawannya kemudian mempunyai inisiatif
untuk bagaimana informasi kesehatan sungai yang mereka miliki kemudian bisa
sampai kemasyarakat tetapi dengan cara dan kemampuan sebagai seorang pelajar.
Dari situ kemudian mereka berinisiatif untuk memasang bendera informasi di
pinggir sungai untuk menunjukkan terhadap masyarakat yang melintasi sungai
bahwa saat ini ( sesuai hasil biomonitoring )kondisi kesehatan sungai seperti
apa. Untuk bendera merah yang dipasang menunjukkan kualitas air tercemar berat
, bendera kuning menunjukkan tercemar ringan sedangkan bendera hijau
menunjukkan bahwa sungai masih sangat bagus. Proses pergantian bendera
dilakukan selama 1 bulan sekali. Sedangkan dari hasil pemantauan cendy dan
kawan – kawan rata – rata sungai di daerah pemukiman wilayahnya sudah tercemar
ringan. Hal ini karena disebabkan minimnya kesadaran masyarakat dalam membuang
sampah dan kotoran ternak ke sungai, sehingga menyebabkan sungai menjadi
tercemar.
Untuk memberikan contoh
ke masyarakat dan pelajar lainnya, cendy juga mengajak kawan – kawannya yang
tergabung dalam polisi air untuk rutin melakukan bersih – bersih sungai
seminggu sekali. Dari kegiatan yang dilakukan cendy dan kawan – kawan sangat
mendapat dukungan bukan hanya dari sekolah tetapi juga dari Camat wonosalam ,
BLH kabupaten dan juga kepala desa. Pihak kecamatan juga mau membantu untuk
menyampaikan ke masyarakat mengenai bendera yang dipasang di pinggir sungai
supaya tidak di rusak oleh masyarakat. Pada
pertengahan tahun 2011 jumlah anggota Polisi air yang berasal dari anggota bari
bertambah menjadi 50 anak dan memiliki kegiatan yang lebih variatif seperti,
pemantauan burung , belajar membuat daura ulang kertas dan plastic, membuat
wayang kertas dan membuat mie organic.
Keyword : pemantauan kualitas air,
partisipatif, sungai , anak muda
2 Imam Makhfud –Menjaga mata air hutan desa untuk kesejahteraan masyarakat
Detektif Hutan
Madarasah Aliyah Faser Wonosalam Jombang
Hutan Mbeji di daerah Wonosalam Jombang memiliki luas 8,5 Ha, didalamnya
terdapat 8 mata air yang sangat menunjang keberlangsungan hidup lebih dari 200
KK di desa Mbeji. Makhfud melihat permasalahan hutan di wilayahnya sudah banyak mengalami
kerusakan yang disebabkan karena maraknya pencurian rebung ( bamboo muda )
serta penebangan pohon – pohon yang tergolong langka dan berukuran sangat besar
di hutan sekitar wilayahnya. Selain itu juga perburuan terhadap satwa hutan
seperti burung, kera dan rusa juga masih banyak dilakukan oleh masyarakat.
Faktor pengetahuan yang sangat rendah di masyarakat desa sekitar hutan terhadap
pengelolaan hutan serta minimnya informasi membuat masyarakat masih saja
melakukan kegiatan pengambilan hasil hutan yang berakibat dapat merusak kawasan
hutan tersebut.
Untuk menjaga mata air yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat, Pada awal tahun 2011 mahfud dan kawan – kawannya mulai menginventarisasi mata air di wilayah desanya dan kemudian pertengan
tahun 2011 mereka memulai melakukan inventarisasi berbagai jenis tanaman yang
ada di sekitar hutan mbeji. Berbekal ilmu dan hobby
yang dimiliki,mahfud menjadikan hutan ini sebagai media informasi jenis – jenis
tanaman endemic yang ada di hutan wonosalam, sedikitnya di temukan 33 jenis
pohon yang asli, 15 jenis burung dan kera ekor panjang yang masih bisa di
temukan di hutan ini.
Kegiatan yang dilakukan mahfud
dan kawan – kawannya adalah dengan memberikan nama – nama pada semua pohon yang
ada di hutan mbeji berikut juga nama latinnya serta himbauan – himbauan untuk
ikut menjaga hutan dan melestarikan mata air dan larangan untuk berburu satwa.
Dengan tujuan apabila ada masyarakat ataupun
pelajar lain yang datang dihutan ini dapat mengetahui jenis – jenis
tanaman yang ada dan juga manfaat yang ada pada tanaman tersebut serta dapat memberikan
informasi mengenai hutan mbeji. Dengan tangan dinginnya,
Makhfud bersama ke 7 anggota timnya mulai membibitkan belasan jenis pohon dan
menanam kembali puluhan bibit pohon bersama pelajar lain. Sampai saat ini setidaknya sudah ada beberapa sekolah yang pernah
berkunjung ke hutan ini dan mendapatkan manfaat langsung berupa informasi
terhadap fungsi hutan dan ekosistem di dalamnya serta partisipasi dengan ikut
menanam jenis tanaman.
Bekerjasama dengan Perhutani dan sekolah, hutan mbeji ini di adopsi untuk di jadikan
Laboratorium Alam sebagai sarana belajar bagi para siswa. Selain itu berkat beragam
kegiatan yang dikembangkan oleh Makhfud dan kawan-kawan, kepala desa kemudia
memutuskan untuk mengeluarkan peraturan desa yang mewajibkan masyarakat untuk
menjaga dan melestarikan hutan – mata air bagi kesejahteraan masyarakat. Kedepan
Mahkhfud akan menanam tanaman produktif agar hasilnya dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar seperti Aren, Duren dan beragam jenis tanaman lokal lain
yang telah banyak dibibitkan. Tanaman Aren juga sangat baik dalam menjaga
keberlangsungan cadangan air tanah di hutan tersebut
Keyword : mata air, masyarakat, tanaman lokal, bibit pohon,
penanaman kembali
3 Desi puspitasari – Siaran Radio Hijau untuk merubah perilaku warga sekolah di bidang lingkungan hidup
Radio Hijau “Maestro” -
SMP Kedamean Gresik
Desi
menjumpai kesadaran warga sekolah dan siswa di sekolahnya terhadap isu
lingkungan hidup masih rendah. Hal tersebut membuat lingkungan sekolah menjadi
penuh oleh sampah serta mengganggu kebersihan dan keindahan sekolah. Hal ini
juga berpotensi untuk menurunkan kualitas sanitasi dan kesehatan warga sekolah.
Pada awalnya Desi mengembangkan beragam kampanye edukasi lingkungan pada warga
sekolah, namun hal tersebut masih belum cukup efektif untuk menggugah kesadaran
lingkungan masyarakat sekolah.
Berbekal passion di bidang komunikasi dan broadcasting, maka Desi memutuskan untuk
menyuarakan perubahan lingkungan di sekolahnya melalui media radio. Dengan
modal speaker dan peralatan bekas lab bahasa Inggris yang sudah tidak terpakai,
Desi bersama teman dan guru pendamping mengembangkan siaran hijau radio Maestro yang dikelola oleh
murid dan untuk warga sekolah. Desi telah berhasil mengembangkan siaran rutin pada
dua kali waktu istirahat yang masing-masing berdurasi 20 menit dengan beragam
pesan lingkungan hidup. Berbagai isi siaran radio tersebut diantaranya sari
artikel lingkungan hidup, cerita-cerita inspiratif, hingga tips praktis untuk
aksi lingkungan hidup seperti pemilahan sampah, cara daur ulang sampah dan lain
sebagainya. Tidak hanya itu, programnya juga di kombinasikan dengan secara
interaktif melalui request dan pemutaran lagu oleh siswa. Berkat proses yang
interaktif ini, Desi berhasil mengajak 30
siswa lainnya untuk terlibat aktif dalam siaran radio ini secara berkelanjutan.
Berkat
aktivitas siaran rutin yang konsisten menyuarakan tips-tips dan cara menjaga
lingkungan di sekolah, Desi mulai melihat perubahan perilaku dari warga sekolah
dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Selain siaran radio rutin, Desi
juga mulai mengembangkan kegiatan off air untuk meningkatkan kapasitas siswa
dalam pemahaman lingkungan hidup.
Kedepan, Desi dan tim siap memperluas jangkaun siaran hijau nya kepada
masyarakat sekitar, juga menambah jam dan siaran radio dengan tema-tema
perubahan social lain di bidang kesehatan, sesuai cita-citanya yang ingin
menjadi dokter.
Keyword :
passion, komunikasi, radio hijau, siaran , suara anak muda
4 Ima Rochmatul Aiima - Edukasi pacaran sehat dan kesehatan reproduksi remajamencegah kehamilan di usia dini
Say No to Pregnancy - SMAN 1 Driyorejo Gresik
Permasalahan
kehamilan di luar nikah serta pacara tidak sehat di kalangan remaja tidak hanya
menghantui remaja di kota-kota besar. Di daerah kabupaten Gresik, khususnya
kecamatan Driyorejo , Ima juga banyak menjumpai permasalahan tersebut di alami
oleh teman-teman sekitarnya. Berawal
dari curhat seorang teman dan terlibat langsung dari apa yang dialami oleh
sahabatnya, Ima melihat bahwa di sekitarnya ternyata angka kehamilan di usia
muda cukup tinggi, ia mendalami data dengan mendatangi puskesmas dan bidan
setempat untuk mencari tahu lebih jauh tentang hal tersebut. Ima dan
kawan-kawannya menganalisis bahwa permasalahan tersebut muncul dari kurangnya
informasi tentang bahayanya hamil di usia muda sehingga remaja di sekitarnya
banyak melakukan tindakan yang kelewat batas saat berpacaran. Untuk membuktikan
hipotesisnya, Ima dan kawan-kawan juga melakukan “investigasi” di daerah
setempat dimana biasanya anak-anak muda berpacaran untuk mengetahui gaya
berpacaran remaja di sekitarnya dan hasilnya memang sangat memprihatinkan,
banyak anak muda seusianya berpotensi untuk mengalami kehamilan di usia dini.
Berbekal
passionnya di bidang media grafis dan film, Ima bersama 3 orang anggota tim
lainnya banyak mengembangkan metode kampanye kesehatan reproduksi dan berpacaran
sehat. Melalui kampanye “Say No to Pregnancy in Teen”. Ima menggunakan
media permainan “Puzzle”, Poster dan Stiker untuk melakukan kampanye ini dimulai kepada teman-temannya di
sekolah. Melalui ekstra PMR di Sman 1 Driyorejo yang ia ikuti, Ima dkk juga
memperluas kampanyenya dengan memasuki sekolah lain di wilayahnya. Melalui kegiatan yang diadakan Sanoto
Preginteen, para remaja diberikan informasi tentang peningkatan kesadaran
bahaya hamil di usia muda, kampanye dilakukan dengan pemberian stiker, puzzle
dan permainan edukasi, poster serta
pemutaran video tentang bahaya hamil di usia muda. Ima juga sering mendatangi
bidan setempat untuk menggali informasi agar kampanyenya tepat sasaran. Ima dkk
juga membuat forum sharing dengan cara membuat fanpage dan membuka sms center untuk membantu para remaja
mendapat informasi yang jelas.
Hingga
saat ini, sekitar 200 remaja sudah pernah mengikuti kegiatan yang dilakukan
sanoto preginteen, beberapa di antaranya intens untuk berkonsultasi mengenai
permasalahan yang mereka hadapi saat pacaran melalui sms center, 10-15 pasang
remaja sudah mengubah perilakunya dalam berpacaran dan banyak remaja terbuka
matanya sehingga menjauhi perilaku yang kelewat batas saat pacaran. Kedepan,
Ima akan mencoba mengembangkan edukasi strategis dengan bekerjasama bersama
pihak sekolah untuk mengadopsi materi kampanye kedalam mata pelajaran, dan
mereplikasi kegiatan ini di sekolah lain.
Keyword :
remaja, hamil usia dini, edukasi kreatif , berpacaran
5 Yayut
Evandyah Agusti – Sanggar Tata Busana bagi anak putus sekolah
Sanggar Arimbi - SMK Boyolanggu
Tulungagung
Yayut melihat banyak anak usia sekolah seusianya di daerah
tulungagung putus sekolah karena alasan ekonomi orang tua. Banyak diantaranya
putus sekolah tanpa memiliki ketrampilan yang dapat digunakan untuk masa
depannya. Hal tersebut sangat berpotensi untuk meningkatkan angka pengangguran
dan kemiskinan di masyarakat. Selain itu Yayut juga menjumpai banyak siswa
SMK di sekolahnya yang masih kesulitan dalam membiayai kebutuhan sekolah dan
terancam putus sekolah.
Dengan
keahlian dan ilmu yang dipelajarinya di SMK jurusan tata busana Yayut dan
teman-teman berbagi
ilmu tata busananya dengan teman sebaya yang kurang mampu untuk bersama-sama belajar di bidang tata
busana. Yayut menggunakan sumberdaya yang ada di rumah dan orangtuanya
untuk membuka sanggar menjahit (sanggar Arimbi).
Yayut
memanfaatkan pesanan jahitan orangtuanya sebagai sarana belajar bersama
anak-anak yang putus sekolah untuk sarana berlatih di bidang tata busana.
Sampai saat ini yayut dan teman-teman
sudah mengadakan kegiatan belajar berkelanjutan di bidang tata busana
dengan menjangkau 40 anak (putus sekolah dan kesulitan biaya pendidikan) untuk
belajar bersama menyulam pita, membuat topi hiasan dan keterampilan tata busana
lainnya. Yayut telah memberikan penghasilan tetap kepada belasan anak putus
sekolah sebesar Rp 65.000 per minggu hasil dari perluasan pasar jahitan yang
Yayut kembangkan ke 3 pasar local di Tulung Agung dan 1 pasar di Kalimantan.
Kedepan
Yayut berencana untuk menjangkau lebih banyak anak putus sekolah disekitarnya, mempertajam
pola edukasi luar sekolah di Sanggar Arimbi serta mendedikasikan hidupnya
sebagai fasilitator dan trainer keterampilan busana. Yayut telah membuktikan
bahwa siswa SMK tidak hanya larut dalam kesibukan praktek dan hanya berkarya untuk
institusi akademik, namun demikian Yayut menunjukkan bahwa ilmu praktis SMK –
Tata Busana dapat menjadi kekuatan untuk memberdayakan pemuda putus sekolah
disekitarnya.
Keyword :
Tata Busana, passion, pemberdayaan , anak putus sekolah , keterampilan
6 Devi Aurora
– Mengajak masyarakat untuk mencegah diabetes
dengan membuat kue sehat dan warung organic disekolah
Cookies
SMPK Santa Maria Surabaya
Devi melihat Lebih dari delapan puluh persen makanan yang dikonsumsi
oleh masyarakat sekitar sekolah mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi
tubuh seperti pemakaian pengawet pada makanan, zat-zat kimia seperti MSG dan
lain-lain, lalu bahan pewarna pada makanan yang biasanya memakai pewarna
tekstil, pemanis buatan (raja gula) yang dapat mengakibatkan sakit tenggorokan
dan mungkin kanker, penggorengan yang menggunakan minyak berkali-kali sehingga
berbahaya bagi tubuh, serta masih banyak hal-hal yang lainnya. Devi dan
teman-temannya melihat konsumsi makanan manis yang berlebihan disertai beragam
bahan kimia yang terkandung di dalamnya dapat menurunkan kualitas kesehatan
bagi masyarakat.
Berbekal
passionnya di bidang masak memasak, Devi mengembangkan gagasan untuk
mengembangkan sebuah menu yang memenuhi kriteria-kriteria makanan sehat namun
sederhana. Melalui brand Cookies, Devi bahan
kue dengan menggunakan pemanis alami dari gula aren atau gula merah. Bahan-bahan
yang digunakan untuk membuat cookies ini termasuk ekonomis dan alat-alat yang digunakan
pun dapat menggunakan peralatan sekolah. Devi mengajak para masyarakat sekitar
untuk hidup sehat dengan kegiatan Warung Sehat. Warung Sehat adalah sebuah
kegiatan yang dilakukan setiap hari sabtu oleh tim Duta Lingkungan SMP Santa
Maria Surabaya, dimana pada saat itulah produk-produk Devi dijual dan
ditawarkan kepada public sekolah. Melalui gerakan
1:10, mengajak 10 anak lain untuk gemar makan makanan sehat, serta aktif
berkampanye di sekolah dan car free day. Devi dan tim telah mengajak ratusan
masyarakat untuk kembali mengkonsumsi kue dan cemilan dan membangun kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya hidup sehat.
Hingga
saat ini Devi bersama tim telah melahirkan berbagai resep kue sederhana dan
melayani permintaan puluhan kotak kue kepada masyarakat, baik secara gratis
maupun berbayar untuk membiayai kampanye makanan sehat bagi masyarakat. Devi telah menunjukkan kepada masyarakat bahwa
siswa SMP dapat berkarya nyata mewujudkan kesehatan bagi masyarakat.
Kedepan
Devi akan mengembangkan produk Cookies dari segi rasa, bentuk dan kemasan untuk
dapat meningkatkan pelayanan bagi masyarakat yang mengakses Cookies Devi dan
tim juga akan terus mengoptimalkan kantin sekolah serta konsumen orang tua
siswa untuk berjualan Cookies dengan rutin dan mengembangkan proses produksi
dengan baik. Untuk dampak sosial yang lebih tajam, Devi dan tim fokus menjangkau
penderita diabetes dengan berkolaborasi bersama dokter dan rumah sakit.
Keyword :
kue sehat, kesehatan masyarakat, pola makan, konsumsi
7
Khoirunnisa Alfadistya – Makanan Tradisional keren dan sehat –
SMP 1 Kedamean Gresik
Khoirunnisa
atau akrab di panggil Tata, melihat bahwa banyak makanan disekitar rumah dan
sekolahnya dimasak dengan mengandung bahan kimia dengan kualitas gizi yang
rendah. Makanan-makanan tersebut banyak
dikonsumsi oleh masyarakat karena rasanya yang enak, murah dengan kemasan dan
brand siap saji yang menarik minat masyarakat.
Berbekal passion di bidang kuliner, Tata bersama tim mulai
mengeksplorasi kembali beragam jenis resep makanan lokal khas Gresik seperti
sirup Tomat Kurma (Tokur) Es krim Talas dan Pongge bakar untuk alternatif sehat bagi masyarakat.
Dengan kegigihannya, Tata dan tim mencoba
mengangkat kembali beragam jenis resep makanan tradisional agar menjadi makanan
sehat yang dikenal serta dikonsumsi kembali oleh masyarakat. Tata secara rutin terus mengeksplorasi beragam
jenis makanan lokal sehat yang dimasak dengan praktis, murah namun bercitarasa
khas dan digemari oleh masyarakat. Tidak
hanya memasak, Tata dan tim aktif mengembangkan kampanye makanan sehat secara progresif melalui event –event yang
diadakan oleh sekolah. Tata juga mulai memperluas
cakupan kegiatan di luar sekolah dengan menawarkan makanan sehat kepada warga
disekitar sekolah.
Saat ini Tata dan tim telah menemukan
dan memasak kembali belasan resep makanan sehat tradisional dan mendorong
sekolah untuk menanam berbagai bahan dasar makanan tradisional seperti ketela,
singkong dan Jagung. Sudah lebih dari seratus orang mencicipi
makanan Tata dan terjangkau kampanye edukasi makanan sehat yang diadakan oleh
Tata. Kedepan Tata akan terus menggali
dan mengangkat resep makanan tradisional , memperbaiki kualitas kemasan makanan
agar menarik lebih banyak konsumen Devi juga mencoba belajar untuk pengembangan
bisnis makanan sehat dari skala kecil hingga menengah, karena ide ini sangat
berpotensi membuat perubahan sosial yang besar di masyarakat.
Keyword : makanan tradisional, makanan
sehat, kampanye , makanan tradisional sehat dan keren
Hning Cita Langit –
Pengawasan kualitas pendidikan di sekolah secara partisipatif melalui reward
Guru Ontime SMAN 1 Jakarta
Isu anti
korupsi dan integritas di sekolah tidak hanya terjadi pada penyelewengan
anggaran,namun juga terkait kualitas pelayanan edukasi kepada para siswa.
Banyak sekolah baik swasta maupun negeri yang masih memberikan layanan edukasi
tidak sesuai standar kepada para siswanya.
Hening mendapati banyak guru yang
tidak tepat waktu dalam mengajar, datang dan pergi dari kelas sesuka hati dan
menyebabkan siswa tidak dapat mengakses waktu pembelajaran berkualitas bersama
guru. Hal ini dapat menyebabkan
rendahnya apresiasi siswa terhadap proses belajar, sekaligus menurunkan
integritas sekolah di mata masyarakat.
Berbekal
pengalaman berorganisasi yang sangat tinggi, Hening menawarkan sebuah quick win solution dengan memberikan
reward kepada guru yang paling rajin dan tepat waktu dalam mengajar. Melalui
idenya ini hening telah mengajak belasan siswa lain untuk turut mengawasi
kinerja guru, sekaligus memotivasi guru untuk memberikan yang terbaik bagi
siswa mengapresiasi guru yang terbaik.
Ide sangat cerdas dan strategis, karena tidak bersifat konfrontasi dan
menjelekkan kualitas guru yang ada, namun banyak guru yang akhirnya
termotivitasi untuk dapat meningkatkan kualitas pengajaran karena sadar siswa
mengawasi serta mengapresiasi guru yang terbaik.
Hening
mulai mengajak lebih banyak siswa untuk secara rutin berpartisipasi aktif dalam
mengawasi pelayan edukasi di sekolah. Hening
telah membangun kerjasama dengan OSIS dan berbagai elemen siswa perwakilan
kelas untuk bersama-sama memantau kualitas pelayanan edukasi yang diberikan
oleh pihak sekolah. Hening juga berencana untuk melakukan roadshow dan mengajak
siswa sekolah lain untuk mengadopsi kegiatan anti korupsi sederhana ini.
Keyword : kualitas pendidikan, guru, pengawasan , partisipasi
Mustari – Mobilisasi alat penjernih air
sederhana bagi masyarakat
Kampung Jernih
MTs At Taqwa 3 Bekasi
Kawasan bekasi utara daerah kelurahan Babelan
merupakan kawasan yang cukup kering, banyak warga menggunakan air sumur dan air
tanah untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Mustari dan tim melihat bahwa beberapa rumah
warga disekitar rumahnya masih memiliki
kualitas air yang belum baik, berwarna kuning, berbau dan asin. Hal
tersebut dapat mengganggu kesehatan warga baik dalam jangka pendek maupun
panjang, selain itu ternyata setelah ditelusuri kembali, tidak sedikit warga di
daerah kelurahan Babelan yang mengalami hal serupa.
Berbekal
dampingan guru di sekolah, Mustari menginisiasi tim beranggotakan 7 orang di
sekolahnya dan mulai melakukan riset untuk mengembangkan alat pengolahan air
dari bahan sederhana yg terbuat dari bahan sehari-hari
seperti botol plastik air mineral,kapas,kerikil dan dakron. Melalui akses informasi internet yang
dikumpulkan, Mustari mulai mengembangkan prototype pertama dan telah menguji
coba alat penjernih air di sekolah. Mustari dan tim memiliki keinginan besar untuk
mensosialiasikan dan menginstall alat
penjernih air sederhana yang dimilikinya langsung kepada masyarakat. Tanpa menunggu datangnya dana dari sekolah
maupun sponsor, Mustari mulai melakukan sosialiasi door to door untuk
mempromosikan alat penjernihan air di daerah Babakan, Pondok Kopi dan Kedaung
Kelurahan Babelan Bekasi. Kurang lebih
20 rumah di daerah tersebut telah disurvei sebelumnya oleh Mustari dan tim, ke
20 rumah tersebut memiliki kualitas air yang kurang baik. Survei ini juga
dilakukan dengan melibatkan beberapa rekomendasi dari teman-teman lain di
sekolahnya.
Pada proses
sosialisasi pertama, Mustari dan tim mendapati kenyataan bahwa masyarakat pada
umumnya mendukung untuk pengadaan alat penjernih air tersebut, namun hampir
semuanya mengalami keberatan untuk membayar harga pembuatan seharga 40-60 Ribu
rupiah per unit yang terdiri dari satu ember cat besar berisi batu zeolit,
pasir, arang dan dakron. Beberapa warga
juga masih enggan untuk menggunakan
karena masih belum percaya dengan hasilnya. Tidak lantas kecewa dengan hasil
tersebut, Mustari dan tim lalu mulai menggalang dana dari sekolah dan
teman-teman nya dan berhasil mengumpulkan uang sekitar 300 Ribu rupiah, lalu
melalui uang tersebut Mustari dan tim membuat puluhan alat penjernih air
sederhana dengan skala yang lebih kecil untuk dibagikan secara gratis terlebih
dahulu kepada para warga tadi. Akhirnya seluruh warga tersebut mulai merasakan
manfaat alat penjernih air sederhana dan sadar terhadap pentingnya pengelolaan
air sederhana untuk menjaga kualitas kesehatan masyarakat. Kedepan Mustari ingin mampu melayani kebutuahan masyarakat untuk
mengakses alat penjernihannya dan terus mengembangkan alat yang lebih sederhana
dan efisien bagi masyarakat. Mustari berencana membuat alat penjernih air
komunal yang dapat dimanfaatkan bersama oleh beberapa rumah sekaligus. Beberapa anggota kelompoknya telah menggagas
konsep penggalanagan dana mandiri seperti arisan dan tabungan bagi warga untuk
dapat membuat alat penjernih air.
Keyword : Penjernih air, aplikasi penelitian sederhana,
anak SMP, kesehatan masyarakat
Sugeng
Handoko – Optimaliasi potensi wisata Gunung Api Purba bagi masyarakat
Desa
Nglanggeran Gunung Kidul Yogyakarta.
Hingga akhir tahun
2007 Sugeng yang merupakan pemuda asli dari desa Ngalenggeran Gunung Kidul
Yogyakarta melihat bahwa potensi wisata gunung api purba yang ada didaerahnya
masih belum dioptimalkan. Retribusi untuk menikmati paket Wisata tersebut
hanya sebesar Rp 500, 00. Padahal Sugeng
dan beberapa teman-teman di Karang Taruna melihat besarnya potensi kawasan
wisata Gunung Api untuk pemberdayaan masyarakat di desa.
Pada awal tahun 2008 Sugeng mulai mencoba
mengembangkan kawasan wisata gunung api purba dengan mendatangkan teman-teman
mahasiswa di kampusnya untuk acara makrab. Sugeng dan 7 orang tim karang taruna
mulai memodelkan optimalisasi kawasan wisata dengan menyediakan lapangan untuk
berkemah, memesan makanan kepada penduduk setempat (masih ibunya sendiri) dan
mulai membuat paket harga untuk mengadakan acara di kawasan wisata api purba.
Usahanya ini semakin berkembang, seiring dengan banyaknya mahasiswa yang
melakukan makrab dan mulai menggunakan rumah penduduk sebagai homestay.
Mulai tahun 2009, dengan jejaring dari
lomba PKM dan jaringan lain di Yogyakarta Sugeng mulai mendatangkan pihak Kemenbudpar,
Diseperindag dan pihak eksternal lain seperti kampus UGM, UAD untuk
meningkatkan kapasitas pemuda dan masyarakat setempat dalam bidang pariwisata
melalui pelatihan kepemanduan, pengelolaan manajemen wisata, pelatihan SAR dan
P3K dan sebagainya. Hingga kini telah aktif 15 pemandu wisata lokal yang siap
mendampingi wisatawan yang datang dalam rombongan untuk menikmati wisata minat
khusus di daerah tersebut. Sepanjang
tahun 2010 hingga akhir 2011 Sugeng juga turut menginisiasi kelompok ibu-ibu
PKK yang berjumlah 17 orang dan aktif memberdayakan 10 ibu-ibu untuk
menyediakan catering bagi pengunjung kawasan gunung api purba Nglanggeran.
Mulai mendorong 5 orang pengrajin untuk menyediakan souvenir yang dikemas dalam
paket kunjungan wisata gunung api purba.
Berbekal pengalaman membuat Blog dan
passionnya dibidang komunikasi, Sugeng juga mengembangkan beragam media
pemasaran kawasan gunung api purba mulai dari brosur dan media online seperti
Blog www.gunungapipurba.blogspot.com , www.gunungapipurba.com dan grup fb. Sugeng dan tim berhasil mendatangkan lebih
banyak wisatawan ke kawasan Ngalenggaran, tercatat rata-rata pengunjung pada
tahun 2010-2011 mencapai 200-300 orang yang mengakses paket homestay (perbulan)
pengunjung umum pun berkisar antara 1000-1500 orang dengan retribusi
sebesar Rp 3000,00. Berkat kapasitas networkingnya hingga kini semakin banyak
mahasiwa yang melaksanakan makrab dan mengakses paket homestay, serta turut
mendatangkan belasan tim peneliti dari Yogyakarta untuk meneliti potensi hayati
dan ekowisata kawasan wisata gunung api purba Nglanggeran.
Kedepan, selain mengembangkan dampak
ekonomi pada masyarakat, Sugeng mulai
mengembangkan potensi nilai sosial budaya kepada para pengunjung. Sugeng dan
tim mencoba mengembangkan paket wisata
Live In dengan mengundang siswa dari sekolah di kota besar seperti Tangerang,
untuk mengenal kearifan budaya lokal serta mendekatkan diri kepada alam. Selain itu Sugeng mulai aktif bekerjasama
dengan Karang Taruna di desa lain untuk mengajak para pemuda desa setempat
mengoptimalkan potensi desanya.
Keyword:
potensi ekonomi lokal, ekowista, pemberdayaan pemuda dan masyarakat,
1
WAHYU OKTAVIA – Edukasi minuman sehat bagi masyrakat Gresik
Jamu Sehat
“Sidowahyu” – SMAN 1 Wringinanom
Wahyu mendapati banyak
orang disekitarnya termasuk teman-teman, warga sekolah dan masyarakat masih
banyak mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung bahan kimia dan pengawet.
Kondisi tersebut menurut wahyu dapat menurunkan kualitas kesehatan masyarakat
dalam jangka panjang. Selain itu minuman tersebut sudah menjadi keseharian
masyarakat dan diperlukan sebuah gerakan awarnees
secara berkelanjutan untuk mengubah pola hidup masyarakat.
Berbekal keinginan kuat untuk mengajak
masyarakat kembali kepada gaya hidup sehat, Wahyu mengembangkan produk jamu
serbuk celup yang praktis dan mudah dikonsumsi oleh banyak orang dan terbuat
dari 100% bahan alami tanpa bahan pengawet.
Wahyu memulai semua gerakan ini dari nol, dimulai dari belajar langsung
kepada pembuat jamu, mengumpulkan literature, membentuk tim, menanam
beberapa jenis tumbuhan di bantaran
sungai yang kosong, memproduksi jamu, hingga melakukan kampanye kepada
masyarakat. Khususnya kalangan remaja di sekolah dan ibu-ibu di sekitar
tempatnya tinggal.
Memulai kegiatan pada
awal tahun 2011, saat ini Wahyu bersama empat anggota tim nya telah berhasil
mengajak 23 pelajar lain untuk turut aktif mensupport kegiatan menanam,
produksi jamu, dan kampanye kepada masyarakat. Wahyu juga mengembangkan
jaringan pemuda dengan aktif mendatangi dua sekolah dasar dan SMA dan membagi
pengetahaun tentang tanaman herbal, pembuatan jamu dan kesehatan kepada lebih
banyak anak muda. Pada level masyarakat,
tidak kurang sebanyak 40 ibu-ibu di daerah tempat tinggalnya turut terjangkau
kampanye edukasi yang digagas oleh wahyu dan tim, bebereapa diantaranya turut
rutin mengkonsumsi jamu hingga hari ini. Disekitar rumahnya Wahyu juga aktif
mengajak adik-adik di sanggar, dan SD untuk menonton film bersama tentang
manfaat Jamu dan mengadakan workshop pembuatan jamu bersama.
Sepanjang tahun Wahyu dan
tim telah menghasilkan empat kali siklus panen dari lahan yang mereka garap. Di
sekolahnya sendiri, yaitu SMU Wringin Anom Wahyu telah berhasil mengkombinasikan
kampanye konsumsi jamu dengan intuisi kewirausahaan dengan membangun kerjasama
dengan seluruh guru untuk mengkonsumsi jamu seminggu sekali, sebanyak 17 guru
dan staff sekolah lainnya rutin mengkonsumsi jamu yang dibuat oleh Wahyu dan
team.
Wahyu
memiliki ide yang spesifik dan unik, serta berpotensi untuk meningkatkan
kualias kesehatan masyarakat disekitarnya. Wahyu juga meyakini idenya dengan
penuh percaya diri,tangkas dan gesit.
Sehingga ide ini dapat dikembangkan dengan lebih besar lagi kedepan. Ide ini telah dikembangkan untuk menjangkau
masyarakat luas mulai dari teman-teman, warga sekolah, hingga anak-anak. Wahyu
juga memiliki kemampuan berjejaring yang sangat baik dengan sekolah, karang
taruna dan tim yang solid. Kedepan Wahyu
akan terus memperbaiki kualitas pengemasan Jamu, meningkatkan kualitas dan
proses produksi Jamu dari hulu ke hilir. Wahyu secara konsisten akan terus
mengkampanyekan Jamu sebagai trend minuman sehat di masyarakat Gresik.
Keyword : Jamu, Minuman sehat, Trend minuman
sehat
Mobile : 087856262428
DODY
MAULIAWAN – Layanan penyediaan darah berkelanjutan bagi pasien bangsal anak
Darahrurat - OSKA , Yogyakarta
Ide darahrurat berkembang ketika rekan
Dodi melakukan pendonoran dan secara tidak langsung bertemu dengan salah
seorang dokter sekaligus mentornya. Dodi melihat Permintaan akan kebutuhan donor darah di
masyarakat setiap harinya semakin meningkat. Beragam resipien yang membutuhkan
darah untuk keperluan keadaan darurat (kecelakaan), penyakit seperti Malaria,
hingga kebutuhan operasi. Namun demikian selain kebutuhan darurat, tidak
sedikit resipien yang membutuhkan donor darah secara realtime, rutin dan
berkelanjutan. Berbagai penyakit seperti kanker, kanker darah, membutuhkan
kepastian donor darah berkelanjutan dengan database pendonor yang memiliki
jenis darah sama dan kualitas darah yang baik.
Sebagai rumah sakit rujukan di Yogya bahkan Jawa Tengah, RS Sardjito
membutuhkan suplai darah setiap hari dari bangsal
anak mencapai lebih dari 30 kantung.
Dodi dan Darahrurat membangun data base
berisikan ribuan calon pendonor untuk diberi informasi setiap kali ada
kebutuhan darah. Darahrurat membuat informasi kebutuhan darah senantiasa update sehingga orang yang membuthkan
dan orang yang ingin mendonorkan darah senantiasa terhubung. Dimulai pada Maret
2011, Gerakan Darahrurat ini tidak hanya membangun jaringan database melainkan
juga bertindak sebagai pengantar jemput calon pendonor darah, berjaga di RS
Sardjito dan terus mempropaganda isu ini melalui media sosial, jaringan
komunitas dan lain-lain. Hingga saat ini, Darahrurat telah menghubungkan ribuan
pendonor di jawa tengah dan menjangkau keluarga-keluarga miskin yang menjadi
pasien di RS Sardjito Yogyakarta. Saat
ini Dodi dan Darahrurat telah memberikan warna terhadap donor darah dan suplai
darah kepada masyarakat dengan menawarkan sistem pelayanan yang berkelanjutan
bagi masyarakat.
Dodi, yang saat ini beraktivitas sebagai mahasiswa di salah satu
Universitas di Kota Yogya mengawali ide sosial nya melalui sebuah jejaring
dunia maya. Ide nya adalah menghimpun sebanyak mungkin anak muda untuk
sama-sama bergerak melakukan perubahan di daerah tempat ia tinggal yaitu
Yogyakarta. Maka berkumpulah beberapa anak muda yang menamai dirinya OSKA
(Organisasi Sosial Kamu dan Aku)OSKA sendiri di inisiasi oleh Dodi untuk
mewadahi dan menginspirasi anak muda di Yogyakarta untuk segera bergerak
melakukan sesuatu untuk perubahan masyarakat yang lebih baik. Saat ini, Dodi
sudah menggerakkan 40 anak muda di Yogyakarta yang seluruhnya mahasiswa untuk
melakukan perubahan sosial sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Diantaranya,
gerakan Darahrurat, Tutor sahabat, FotoKeluarga, Silaturahmi & nonton
Bareng, Edukasi bagi Anak-anak di Bantaran Kali Code.Kedepan Dodi akan terus memfokuskan kegiatan
pada Darahrurat dengan menjangkau lebih banyak anak muda, meningkatkan pengawasan
kualitas darah pendonor, serta menjangkau resipien spesifik di berbagai rumah
sakit lain di Yogyakarta.
Keyword : Donor
darah, berkelanjutan, resipien, data base, jemput donor
Mobile:
085668134292
NUR
CAHYATI – Mobilisasi pemuda untuk perubahan lingkungan hidup
Komunitas
Fronting
SMA 1 Kedamean Gresik
Berawal
dari keprihatinan karena sekolah yang didiami dan dijadikan tempat belajar
mengalami bau sampah yang menyengat sehingga membuat kondisi sekolah menjadi
kumuh dan menimbulkan ketidaknyamanan suasana belajar mengajar. Kondisi ini
sangat tidak kondusif bagi siswa maupun guru, terkadang sampai harus menutup
hidup pada saat belajar mengajar untuk menahan bau. Lebih jauh, dampaknya meluas pada persebaran penyakit seperti
diare, ISPA, DBD, serta penyakit kulit akibat persebaran sampah yang tidak
dikelola dengan baik. Tidak hanya itu, lokasi sekolah yang dikelilingi
pemukiman warga dan berdekatan dengan lokasi pasar semakin membuat pengelolaan
sampah di sekitar sekolah Nur dan Kawan-kawan semakin semrawut.
Begitu banyak ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh ketidakpedulian
warga sekolah dan warga masyrakat terhadap pengelolaan sampah di daerah
tersebut telah mendorong Nur dkk untuk melakukan sesuatu. Nur pada awalnya
hanya mengajak 6 orang teman-temannya untuk membuat suatu gerakan yang
mendorong anak muda dengan segala potensi dan teknologi yang dikuasainya untuk
menunjukkan kepedulian terhadap masalah sampah ini. Nur bersama gerakannya From
Nothing to Something (Fronting) melakukan inisiatif perubahan dengan kegiatan
pengelolaan sampah oleh warga sekolah dan mereplikasi kegitaan tersebut ke
sekolah lain dengan berbasis pengembangan kapsitas dan pendampingan bagi
belajar di sekolah yang bersangkutan.
Tidak hanya itu, Nur dan gerakan Fronting melakukan strategi-strategi
dalam usaha untuk mewujudkan visi perubahannya. Hingga saat ini, Nur dan
Fronting mampu merangkul warga sekolah dan masyarakat sekitar melalui jejaring
antar leader ekstrakurikuler dan karang
taruna, mengadakan open house untuk memperkenalkan komunitas, serta
pengoptimalan situs jejaring sosial untuk update kegiatan.Hingga saat ini, Nur
dan Fronting sudah menjangkau 3 sekolah yaitu SMK Maarif, SMAN 1 Driyorejo dan
SD Petiken 2 dnegan melibatkan 50 orang dari SMA serta 50 orang dari SMK untuk
diberdayakan sebagai komunitas pengelola sampah. Selain itu, Nur dan Fronting
juga menjangkau para pedagang di pasar sekitar SMAN Driyorejo untuk melakukan
penetrasi kesadaran dalam mengelola sampah diantaranya menempelkan poster
bahaya pembuangan sampah sembarangan, sosialisasi berbagai jenis sampah dan
pengelolaannya serta menyumbang 3 tong sampah buatan sendiri untuk digunakan di
pasar. Untuk menjaga jaringan sekolah
yang telah dikunjungi, Nur dan kawan-kawan rutin mengadakan pertemuan setiap 2
minggu sekali untuk mengupdate kegiatan.
Nur dan Fronting
kini semakin memperluas jangkauan untuk menebarkan manfaat dan mendorong
perubahan masyrakat dalam mengelola sampah dengan merangkul desa Sumput melalui
pembelajaran pembuatan kompos dan kegiatan bersih desa yang melibatkan
anak-anak pondok pesantren. Kedepan, Nur dan Fronting semakin memperkuat
‘kuku-kuku” perubahan dengan mengajak serta Desa Senambung Driyorejo dan
melakukan pembelajaran kesadaran pengelolaan sampah pada SD. Nur dan Fronting
mengharapkan apa yang dilakukan saat ini hingga setahun kedepan dapat semakin
mematangkan 3 sekolah dan 3 Desa yang telah dijangkau saat ini untuk bisa
mandiri dan menjadi sekolah dan desa percontohan pengelolaan sampah 5 R.
Kedepan, Nur dan Fronting akan terus memobilisasi lebih banyak anak muda
menjadi agen perubahan lingkungan hidup, serta mendorong lahirnya aksi-aksi nyata lingkungan hidup di
tingkat sekolah dan organisasi pemuda
Keyword
: mobiliasi pemuda , edukasi lingkungan hidup,
Mobile
: 031-60689313
LILY
KUSUMA – Pemberantasan buta huruf pada orang dewasa
BATAS- Universitas Ciputra Surabaya
Lili dan kawan-kawan merasakan keprihatinan sebagai anak muda melihat
kenyataan bahwa hingga saat ini masih ada masyarakat yang hidup dengan buta
aksara di sebuah kota besar di Surabaya. Oleh karena itu, Lili dan kawan-kawan
menginisiasi sebuah program yang bernama BATAS (Bergerak Atasi Tuna Aksara)
yang bergerak dalam pemberantasan Buta Aksara di daerah Kandangan Surabaya.
Lili dan tim BATAS mengidentifikasi daerah-daerah yang masih mengalami
buta aksara, salah satunya Desa Kondangan Surabaya. Lili dan tim BATAS lantas
terjun langsung ke lapangan untuk melakukan identifikasi langsung kebutuhan
warga desa untuk mulai belajar membaca. Diawal pertemuan, Lili dan Tim BATAS
telah mempersiapkan kurikulum untuk memfasilitasi warga namun tak berhenti
sampai disitu, Lili melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan
BATAS. Hasilnya, warga ternyata lebih menyukai metode praktek langsung yang
manfaatnya bisa diraskaan secara nyata oleh mereka.
Berdasarkan evaluasi tersebut, maka Lili dan Tim BATAS melakukan
terobosan metode pembelajaran buta aksara melalui metode aplikasi langsung.
Warga yang berjumlah sekitar 20 orang diajak untuk langsung praktek membaca
lewat bahan bacaan yang menarik menurut mereka seperti koran atau resep
masakan. Hasilnya, karena mereka langsung merasakan manfaatnya, maka mereka
menjadi lebih bersemangat. Manfaat langsung yang dirasakan yaitu dapat membaca
Koran, membaca tanda angkutan umum, hingga mulai dapat bertransaksi bisnis
dengan sederhana. Keunikan dari tim
BATAS ini adalah mengidentifikasi kembali daerah-dearah di Surabaya yang masih
terdapat buta aksara dan mengembangkan metode baca tulis sederhana, sehingga
berpotensi membuat perubahan sosial dengan melibatkan relawan-relawan anak muda
lain, juga mengentaskan permasalahan buat aksara.
Keyword :
Baca tulis, metode kreatif,
Mobile :
081-2303-3180
PASOARI WIDIASTUTI –Jejaring edukasi dan klub lingkungan hidup bagi anak SD
SMAN 10 Malang
Permasalahan
lingkungan hidup berawal dari minimnya kesadaran dan kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan sekitarnya. Banyak
perilaku perusakan lingkungan hidup telah
menjadi budaya dan keseharian masyarakat karena kesadaran akan
lingkungan hidup tidak dibangun sejak dini di masyarakat. Pasoari melihat
peluang untuk membangun kesadaran lingkungan hidup sejak dini melalui institusi
pendidikan terutama di level Sekolah Dasar.
Pasoari mengawali gerakannya dari sebuah kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah sebagai ruang pengembangan diri baginya dan kawan-kawan disekolahnya.
Sekolah memberikan kesempatan yang luas bagi Pasoari untuk memberdayakan
ekstrakurikuler ini dan Ia memilih mengikuti passion nya untuk berkontribusi bagi penyelamatan lingkungan di
daerah sekitarnya, Kota Malang. Pasoari bersama dengan tim nya dalam program
Clean And Care menyasar misi penyelamatan lingkungan melalui strategi edukasi
berupa sosialisasi dan pendampingan bagi sekolah dasar-sekolah dasar di Kota
Malang.
Sebelumnya,
kegiataan ekstrakurikuler ini bergerak pada kegiatan pengelolaan sampah intra
sekolah. Setelah sekolah memahami cara pengelolaan sampah, inisiatif
pembaharuan mulai dijalankan. Setelah berjalan kurang lebih 1 tahun, Pasoari
dan tim Clean and Care Program yang asalnya hanya menjangkau sekolahnya, SMA 10
Malang, kini progresif menjangkau sekolah dasar di sekitar Kota Malang.
Tercatat perkembangan selama program ini berlangsung diawali dengan ekspansi ke
1 SD, kemudian berkembang menjadi 4SD, 9
SD, dan kemudian semakin diperluas hingga 12 SD hingga saat ini berhasil
menjangkau 23 SD. Dalam program Clean and Care, diadakan pertemuan setiap
seminggu sekali antara Pasoari dan tim dengan SD-SD yang telah bergabung dalam
jaringan. Mereka diberikan sosialisasi mengenai pemilahan sampah dan
pengelolaannya serta pemanfaatan sampah organik menjadi kompos. Hasilnya dari
23 Sekolah teresbut mulai terbangun kesadaran akan lingkungan hidup sejak dini,
juga turut menghasilkan lebih banyak
lagi educator sebaya (peer) dari SMA 10 ke pada adik-adik SD>
Selain
itu, Pasoari dan tim juga ikut memberdayakan
Ibu-ibu untuk ikut berkontribusi bagi kepedulian lingkungannya melalui
program tanam tanaman organik di pekarangan rumah. Hingga saat ini satu kampung
sudah turut serta program ini bersama jejaring aparat desa yang terkait. Kedepan
Pasoari akan terus fokus mengembangkan jejaring edukasi lingkungan hidup di
tingkat SD dan mendorong lebih dalam berkembangnya agen-agen lingkungan hidup
dan peer educator siswa SMU ke pada siswa SD.
Keyword : Edukasi
lingkungan sejak dini , Edukasi kreatif, jejaring educator sebaya
Mobile: 085735712288
AVIANDI
ADINUGROHO – Pemberdayaan anak panti asuhan melalui kreativitas dan lingkungan
hidup
Eternity - Bandung
Selepas
menjadi relawan pada acara Lingkungan yang mengundang anak panti untuk
berkegiatan bersama secara interaktif, Vian melihat bahwa anak-anak di beberapa
panti asuhan di Bandung masih minim kegiatan ekstra di luar aktivitas
sehari-hari. Hal ini dapat menyebabkan minimnya pengembangan kreatifitas serta
rasa percaya diri pada diri anak-anak. Ditambah lagi banyak pihak yang datang
ke panti Asuhan yang masih bersifat karitatif memanfaatkan momen-momen tanggal
tertentu untuk sekedar membagi-bagikan barang,hal ini justru memupuk rasa
ketergantungan terhadap pihak lain dan menekan rasa percaya diri – kreatifitas
untuk dapat berkembang menjadi anak panti sesuai kapasitasnya masing-masing.
Berbekal
passion di bidang musik dan kreatifitas, tanpa berpikir panjang lebar vian
segera mewujudkan gagasan sosialnya untuk mendampingi dan memfasilitasi 67 dari
300 penghuni panti asuhan Pasawahan di daerah Kopo Sayati Bandung. Anak yang
didampingi memiliki rentang umur dari kelas 1 SD sampai SMP kelas 9. Fokus Vian
dan tim Eternity adalah mengembangkan kreatifitas anak melalui hal-hal yang
disukai para anggota tim yaitu vokal, teater, gitar serta perkusi. Dengan cepat
vian segera mengumpulkan rekan-rekan dari satu sekolah dan teman satu SMP nya
untuk berbagi tugas mendampingi anak-anak.
Dalam
3 bulan kegiatan ini berjalan, Vian dan tim Eternity telah menerjemahkan dan
menularkan passion kreatifitas mereka ke dalam dunia anak panti dengan membuat
grup vokal, berlatih teater, bermain perkusi bersama bahkan mendorong anak-anak
untk berkreasi membuat perkusi dari bahan-bahan bekas di sekitar mereka. Kegiatan ini telah mengkombinasikan antara
kreatifitas, sukacita dan isu lingkungan hidup bagi anak. Vian juga telah
berhasil membangun kepercayaan kepada penduduk setempat dan pemilik panti untuk
membangun kegiatan ini secara berkelanjutan kedepan.
Kedepan,
Vian akan memulai strategi fundraising melalui event-event yang ada di Bandung
seperti car free day, event-event di sekolah, dengan mengamen ataupun
melibatkan adik-adik panti asuhan. Vian juga berencana untuk mendesain dan
memproduksi baju-baju yang dapat menjadi bahan untuk penggalangan dana. Pentas
teater menjadi acara rutin untuk mengekspresikan kreatifitas dan membangun
apresiasi serta percaya diri pada adik-adik panti asuhan. Tidak ketinggalan ,
Vian mulai aktif berkomunikasi bersama jejaring penggiat edukasi di Bandung
untuk memperluas jangkauan kegiatan kreatifitas dip anti, melibatkan lebih
banyak volunteer untuk mereplikasi kegiatan bagi anak-anak dipanti asuhan lain.
Keyword : Rasa Percaya diri,
kreatifitas, Panti Asuhan
Mobile : 081802047797
RIA PUTRI
PRIMADANTY – Jamban Bersih Jujur Sehat dan Kesehatan reproduksi remaja SMPN 11 Bandung
Ria
dan tim merasa greget terhadap banyaknya pembalut wanita bekas dan celana dalam
yang dibuang sembarangan baik di toilet maupun pot di sekolah. Ria dan
teman-teman melihat bahwa permasalahan tersebut dapat menganggu kebersihan,
keindahan dan juga menimbulkan masalah kesehatan seperti menyebarkan penyakit.
Selain itu tim BSJ juga melihat bahwa permasalahan menstruasi yang dialami oleh
teman-teman sebaya lahir dari minimnya informasi mengenai kesehatan reproduksi,
higienitas yang dapat berpotensi menjadi penyakit kanker serviks pada
perempuan. Mengingat banyaknya jumlah remaja putri di sekolahnya maupun sekolah
lain di Indonesia, Ria melihat bahwa isu menstruasi dan edukasi kesehatan
reproduksi bukan merupakan hal remeh yang dapat diabaikan begitu saja.
Bermodalkan
semangat, antusiasme serta pancingan ide awal dari guru pendamping tentang
Jamban bersih, maka tim Jamban Bersih Sehat Jujur (BSJ) kemudian mengajukan
permohonan dana kepada sekolah untuk membuat Jamban percontohan untuk melayani
ketersediaan pembalut, celana dalam bagi para siswa perempuan yang mengalami
menstruasi. Keunikan dari Jamban BSJ ini adalah idenya digagas oleh siswa dan
direalisasikan oleh siswa (Tim Jamban BSJ), dilengkapi dengan serangkaian informasi lengkap mengenai
hal-hal seputar menstruasi dan kesehatan reproduksi (Sehat) seperti informasi
mengenai bahaya pembalut, bahaya keputihan, ciri2 menstruasi, penyakit2 di
dinding rahim yang dikemas melalui media komik, poster dengan bahasa remaja.
Jamban percontohan ini dibangun dengan standar higienis (Bersih) yang sederhana
seperti penyediaan sandal jepit (membuka sepatu), sapu tangan, tempat sampah
khusus B3, SOP mencuci pembalut dan menempatkan pembalut bekaspada tempat
sampah khusus B3. Untuk menjaga kebersihan dilakukan piket kebersihan Jamban
yang mulai di jalankan secara konsisten oleh tim BSJ.
Pelayanan
yang diberikan juga mengangkat nilai kejujuran dengan membangun sistem
penukaran pembalut berbagai ukuran serta celana dalam dengan menukarkan
sejumlah uang untuk mengganti biaya pembalut (Rp 500) dan celana dalam (Rp
5000). Bila siswa belum dapat membayar, cukup menuliskan nama dan kelas maka
akan dicatat dan ditagih pada hari lain oleh tim Jamban BSJ. Melalui sistem ini tim BSJ berusaha membangun
nilai kejujuran sekaligus partisipasi bersama untuk memelihara kesehatan
individu dan lingkungan sekolah. Saat
ini Jamban BSJ telah melayani seluruh siswi kelas 7 yang berjumlah kurang lebih
100 orang, dan telah dilakukan sosialisasi ke setiap kelas untuk mekanisme
pelayanan jamban BSJ. Selain itu kelas 8 dan 9 juga teramati sudah mulai
menggunakan layanan ini kendati masih terdapat kasus pencurian uang, tidak
membayar kaerna masih belum dilakukan sosialiasi secara menyeluruh. Kedepan tim
ini telah siap mereplikasi Jamban BSJ di seluruh toilet perempuan dan juga siap
untuk menyebarkan gagasan mereka secara peer to peer kepada siswa di sekolah
lain.
Mobile : 087822094779
Keyword: Jamban, Kanker Serviks, Pembalut, Kesehatan
reproduksi remaja
ARLIAN
PURI ANGGRAENI – Zero Waste Event
SMP 11
Bandung
Sekolah dapat menjadi produsen sampah
yang besar karena beragam aktivitas warganya.
Dimulai dari aktivitas jajan dan konsumsi kantin para siswa, sampah kertas dari
kegiatan belajar mengajar, hingga sampah dari aktivitas event di sekolah. Namun
demikan, Arlian melihat sampah yang dihasilkan di sekolah hanya di tumpuk
begitu saja tanpa adanya pengelolan dan partisipasi warga sekolah untuk
mengelola sampah bersama-sama. Hal ini berakibat pada ketidakpedulian warga
sekolah, penumpukan sampah yang sukar diolah dan di recycle dan menyebabkan kualitas sanitasi lingkngan sekolah dapat
menurun dari waktu ke waktu.
Berbekal passion dan kreatifitas yang besar,
Arlian dan tim Zero Waste Event (ZWE) mulai mengembangkan sistem pengolahan
sampah secara terpadu dari level kelas hingga TPA sekolah. Kegiatan ini telah
berjalan selama satu setengah tahun dengan diawali dengan keberanian Arilan dan
teman-teman untuk memaparkan konsep pengelolaan sampah kelas yang mereka
kembangkan di depan seluruh guru wali kelas. Sejak momen tersebut Arlian dan
tim berhasil mendapatkan kesempatan untuk membangun sistem pengolahan sampah
kelas pada seluruh angkatan. Sistem
pengolahan sampah dibangun dengan sistematis dan sederhana dimulai dengan
presentasi kreatif menggunakan berbagai media seperti wayang kardus, lalu tim
memfasilitasi kelas untuk membuat tempat sampah terpilah , membuat lomba
kebersihan antar kelas, mengorganisir perwakilan kelas, hingga secara rutin
mengontrol kinerja pengolahan sampah seluruh kelas setiap seminggu dua kali.
Tidak hanya berhenti membuat pengolahan sampah
di kelas menjadi lebih tersistemasi dan partisipatif, tim ZWE kemudian
mengembangkan sistem pengolahan sampah berbasis event. Inti dari pengolahan
sampah ini menekankan pada kampanye, serta menyediakan sistem pemilahan sampah
pada saat acara di sekolah. Tercatat setiap kunjungan tamu dari luar, dan 5
event sekolah telah berhasil dikawal oleh tim ZWE dengan menyediakan informasi
pemilahan sampah, fakta tentang sampah dan tempat sampah terpilah untuk dapat
diakses oleh para peserta event / kunjungan.
Berbekal materi interaktif komik, poster, dream board, wayang kardus tim
ZWE juga telah bekerjasama dengan tim lain di SMP 11 untuk mulai mengajak
sesame pelajar di sekolah lain menerapkan ZWE.
Keyword :Pengelolaan sampah , partisipasi
siswa, sistem pengelolaan terpadu, zero waste
Mobile
: 083822220724
SUNIATY - Pendidikan Budi Pekerti , integritas, nasionalisme dan lingkungan hidup pada anak
Rumah Edukasi -Bandung
Keprihatinan
yang mendalam bagi Suniaty terhadap kondisi moral anak-anak di Indonesia
mendorongnya melakukan sebuah pengamatan yang lebih tajam mengenai kondisi
moral anak-anak disekitar tempat kos yang ia tinggali. Hasilnya, klasfikasi
rentang umur anak 7-12 tahun menunjukkan mereka lebih cenderung enggan bergaul
dengan anaklain yang beda genk, lebih suka malas-malasan sedangkan anak usia
13-15 tahun menunjukkan perilaku suka mencontek, gemar berbohong dan mulai
mengarah pada pergaulan bebas. Suniaty melihat pendidikan menajdi perans entral
untuk mengubah perilaku anak-anak menjadi lebih baik. Namun, di sisi lain
pendidikan yang diharapkan dapat terpenuhi oleh sekolah nyatanya belum mampu
menjangkau hingga pada perubahan perilaku. Hal ini membuat Suniaty berinisiatif
menggagas sebuah gerakan pendidikan alternatif bagi anak-anak yang bisa
dijangkau oleh semua kalangan.
Sasaran utama
dari gerakan pendidikan alternatif yang diberi nama Rumah Edukasi adalah
menjadi pusat pendidikan moral dan budi pekerti bagi anak yang berlokasi di
Daerah sederhana Bandung. Diawal gerakan ini dimulai, Suniaty dan kawan memakai
strategi layaknya lembaga bimbingan belajar menawarkan layanan akademis. Hal
ini menjadi strategi pendekatan bagi para ibu-ibu agar menghindari adanya penilaian bahwa mereka tidak mampu
mendidik moral dna budi pekerti anak sehingga rumah edukasi mengajak mereka
bergabung. Namun, disela-sela mata pelajaran yang diajarkan Rumah Edukasi
memiliki sebuah konsep pembelajaran moral dan budi pekerti yang berusaha diintegrasikan
dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan sehari-hari di Rumah Edukasi.
Rumah Edukasi menggunakan 4 pilar dalam menjalankan kegiatannya: budi pekerti,
budaya, nasionalisme dan lingkungan. Pembelajaran Budi pekerti diterjemahkan
dalam kegiatan belajar bahasa inggris khususnya cerita, Suniaty dan rumah
edukasi melakukan penanaman nilai-nilai budaya melalui kegiatan Sanggar
kreativitas seperti gambar, pentas seni dan teater. Hingga saat ini, Rumah
Edukasi baru memulai kegiatan pemilahan dan pengolahan sampah untuk menanamkan
nilai-nilai kecintaan lingkungan, namun kedepan Rumah Edukasi siap kolaborasi
bersama Bandung Berkebun untuk memulai kegiatan pemanfaatn lahan oleh
anak-anak.
Hingga saat ini
sudah sekitar 120 lebih anak yang tergabung dalam Rumah Edukasi, dengan
perkiraan 70 anak yang aktif berasal dari RW 10, 11, 12, Kel. Pasteur, Kec.
Sukajadi Bandung. Selain itu, Rumah Edukasi pun berhasil berkolaborasi dengan
salah satu dosen tari UPI untuk rutin mengajar setiap minggu sehingga anak-anak
terfasilitasi minat dan bakat dalam sanggar kreativitas. Sanggar kreativitas
ini berhasil menyelanggarakan dua kali pentas seni yang cukup besar melibatkan
anak-anak, masyrakat dan donatur. Rumah Edukasi berhasil mengawali kemandirian
finansial melalui mekanisme funding yang melibatkan teman, kolega kampus dan
keluarga sehingga ada 10 donatur tetap yang berkontribusi setiap bulannya.
Hasil testimony orang tua yangs empat disurvey oleh tim rumah Edukasi
menunjukkan adanya perubahan tingkah laku anak-anak setelah aktif di Rumah
edukasi. Kedepan Suniaty akan
mengembangkan regenerasi tim rumah Edukasi dan mulai mencoba mereplikasi
kegiatan unik di rumah edukasi bagi masyarakat di daerah lain.
Keyword :
edukasi budi pekerti, nasionalisme, edukasi kreatif
Mobile :
SESARIO – Community Facilitator bagi
pengelolaan sampah di tingkat rumah Tangga
Kampung Hijau
UNS Solo, Jawa Tengah
Rumah tangga merupakan salah satu penghasil
sampah organic terbesar di masyarakat. melalui aktivias memasak, sampah halaman
rumah dan sumber lainnya, banyak sekali sampah organic yang disumbangkan oleh
masyarakat dari tingkat rumah tangga. Bila tidak ditangani dan dilakukan
pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga, maka akan berpotensi untuk
menurunkan kualitas lingkungan hidup dan sanitasi kesehatan lingkungan
masyarakat. Pada awal tahun 2010 Sesario
aktif mengembangkan Green Movement Community bersama rekan-rekannya di Kampus
UNS. Setelah mengembangkan serangkaian kegiatan yang bersifat kampanye kepada
masyarakat, pada pertengahan tahun 2010, Rio sebagai ketua GMC dan beberapa
anggota GMC memutuskan untuk mencoba focus mendampingi masyarakat di bidang
pengelolaan sampah melalui program Kampung Hijau di Kampung Sambirejo Kelurahan
Kadipuro. Rio mulai masuk mendampingi
satu RW yang terdiri dari 7 RT untuk menjangkau 50 ibu-ibu PKK dan
mensosialisasikan teknik-teknik pengolahan sampah skala rumah tangga secara
terpusat.
Sepanjang
tahun 2010 Rio dan tim GMC aktif mendatangi rumah-rumah di setiap RT untuk
mensosialisasikan pengolahan sampah takakura dan berdiskusi dengan para
penghuni rumah. Strategi selanjutnya adalah melakukan pendekatan melalui
pertemuan rutin bapak-bapak dan ibu-ibu untuk mensosialisasikan materi pengolahan
sampah. Hingga saat ini ibu-ibu dan bapak-bapak di daerah tersebut aktif
mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan dan mereduksi hasil sampah
rumah tangga. Selagi mendalami pendampingan pengelolaan sampah pada skala rumah
tangga, Rio dan tim juga mulai mengembangkan riset mengenai bank sampah untuk
menunjang pengelolaan sampah di RW 09.
Sambil kegiatannya masih berjalan, Rio juga memfasilitasi tim lain lewat
bendera Java Green untuk mengembangkan kegiatan serupa di daerah RW 3 kelurahan
Setabelan.
Keyword :
Pendampingan , ibu-ibu, pengelolaan sampah
Mobile : 085691352689
DIMAS
PRASETYO MUHARAM – Media Aktualisasi disabilitas tuna netra -
Kartunet.com
Dimas melihat bahwa kaum disabilitas di Indonesia
masih mendapatkan perilaku diskriminatif dalam kehidupan sehari-hari. Dimulai
dari permasalahan akses fasilitas umum, akses kepada institusi pendidikan
hingga hak untuk bekerja bersama non disabilitas. Kondisi ini menurut Dimas
turut diperparah dengan mindset kaum disabilitas yang cenderung menerima nasib,
terkungkung dalam pola pikir tidak berdaya.
Untuk
membuktikan bahwa kaum disabilitas mampu berkarya dan menginspirasi masyarakat
lain, sejak tahun 2006 Dimas beserta rekan-rekan telah mendirikan Kartunet.com,
yaitu website yang dibuat, dikembangkan dan dikelola oleh para tuna netra.
Motivasi awal dari pembuatan ini sederhana, ingin menunjukkan bahwa Tuna Netra
juga dapat berkarya seperti non Tuna Netra / non Disabilitas. Namun hingga akhir tahun 2010 Kartunet belum
banyak menjangkau dan menginspirasi Tuna Netra lain untuk turut berkarya dan
membuat perubahan bagi kaum disabilitas. Pada awal tahun 2011, melalui
kepemimpinan Dimas, Kartunet mulai mencoba memperluas jangkauan beneficiaries
dan fokus mengembangkan proses inklusi melalui kontribusi dan karya tulisan
dari kaum disabilitas.
Saat ini aktif bergabung 17 anggota Tim
di kartunet. Selain aktif berkarya lewat divisi Kreatif, Humas, dan peningkatan
kapasitas, seluruh anggota tim tersebut
mendapat pelayanan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan skill organisais,
jurnalistik hingga peningkatan motivasi, penanaman sikap inisiatif, inklusif
dan kapasitas karakter lain lewat
pelatihan-pelatihan lepas yang digelar oleh Kartunet. Divisi kreasi dan inovasi menjadi ujung
tombak bagi kartunet untuk mewujudkan karya-karya para penyandang disabilita
melalui bidang penulisan, seni dan olah raga. Kegiatan yang aktif dilakukan
adalah di bidang penulisan, mulai dari mengembangkan kelas kepenulisan online
hingga mendorong dan memfasilitasi para contributor untuk menulis tentang dunia
disabiltias, termasuk Dimas dan tim.
Hingga
saat ini, sudah 385 users yang teregistrasi dalam kartunet.com dan terlibat
dalam forum serta update informasi Kartunet.com. Kontributor yang aktif
berkarya membuat tulisan di Kartunet.com mencapai 20 orang. Tulisan yang telah
dihasilkan oleh para contributor mencapai 776 artikel yang diposting secara
bebas di forum, 100 tulisan diantaranya mengangkat isu-isu disabilitas
sementara tulisan lainnya berisi artikel umum dan karya sastra yang juga
terkait isu disabilitas seperti info teknologi accessible, curahan hati kehidupan
penyandang disabilitas dan lain sebagainya.
Selain melalui portal web-internet, Kartunet juga menjaring partisipan
dan beneficiaries melalui member grup facebook yang mencapai 300 orang, dengan
40% diantaranya aktif melakukan posting dan membangun komunikasi lewat
facebook. Melalui Kartunet.com Dimas
telah menunjukkan bahwa kaum disabilitas bisa berkarya, tidak hanya itu Dimas
juga telah memfasilitasi puluhan contributor dan menjangkau ribuan
beneficiaries untuk menyampaiakn inspirasi dan suaran kaum disabilitas kepada
public. Kedepan Dimas akan mengembangkan Kartunet dengan jejaring di berbagai
daerah yang sudah mulai teridentifikasi melalui portal Kartunet, serta
mengembangkan pemberdayaan disabilitas tidak hanya di Tuna Netra.
Keyword
: Disabilitas, karya, Tuna Netra, Menulis , website
Mobile
: 081519950517
RIDWANSYAH
YUSUF AHMAD – Media informasi & motivasi penderita kanker anak
Cancer Buster Community Bandung- Jakarta
Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah
penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 pasien kanker anak per tahun.
Sedangkan di seluruh Indonesia, dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa
diperkirakan terdapat kurang lebih 11.000 kasus baru per tahun. Sebagai seorang
Survivor kanker, Yusuf melihat bahwa sebagian besar berasal dari keluarga
kurang mampu, dengan kondisi ekonomi yang kurang, kebanyakan dari pasien ini
tidak tertolong. Selain itu Yusuf dan
rekan-rekan di CBC melihat bahwa pengobatan Kemoterapi saja tidak cukup. Ada
ruang kosong dalam pengobatan kanker anak yang masih kosong, yakni ruang
“keyakinan” dan “motivasi”. Masih banyak pasien kanker pada anak beserta orang
tuanya yang tidak mau di kemoterapi karena mereka tidak yakin bisa sembuh
total, paradigma ini terjadi karena mereka tidak punya contoh sukses dari
pasien kanker yang telah sembuh total. Hal tersebut membuat banyak anak
penderita kanker dan keluarganya memutuskan untuk berhenti berobat dan berujung
kepada akibat yang fatal, yaitu kematian.
Pada tahun 2006, Yusuf dan sesama Survivor yang
bernaung di bawah Yayasan Onkologi Anak melihat bahwa terdapat peluang dan
potensi besar bagi para survivor muda untuk berkontribusi menjangkau anak-anak
dan pemuda penderita kanker dengan memberi motivasi dan menyediakan informasi
yang cukup untuk meyakinkan dan memudahkan proses pengobatan kanker. Diinisiasi
oleh 6-7 orang survivor muda, berdirilah komunitas Cancer Buster Community
(CBC). Setiap anggota CBC memiliki perannya sebagai pemberi informasi yang
seimbang tentang kanker pada anak, pola pengobatan yang direkomendasikan, dan
menjadi pendamping motivasi
Yusuf dan CBC bermimpi suatu saat jumlah anak yang
sembuh dari kanker dapat meningkat , CBC juga
memimpikan agar semua pasien kanker anak di Indonesia dapat di obati secara
dini, tepat dan konsisten hingga pulih seperti semula. Kehadiran CBC sebagai sebuah survivor group
mencoba mengisi kekosongan ruang dalam sistem pengobatan pasien kanker, ruang
tersebut adalah ruang motivasi dan keyakinan diri pasien dan keluarga. Aktivitas yang
dilakukan CBC untuk
mencoba mengisi ruangan ini dengan berbagai bentuk inovasi sosial antara
lain: Hadir sebagai
contoh sukses pasien kanker yang telah sembuh total, memberikan informasi yang komprehensif
tentang dini gejala kanker serta pengobatan kanker yang baik kepada orang tua , Mendorong akses dan advokasi terhadap
keluarga ekonomi lemah untuk mendapatkan Jaminan Kesehatan untuk pengobatan
pasien kanker , Mendampingi
pasien dan keluarga agar mereka terus berupaya melakukan yang terbaik untuk
penyembuhan pasien kanker, memberikan
motivasi dan dukungan moral serta fasilitasi untuk mengakses dukungan finansial
(advokasi jamkesmas/jamkeskin) di rumah sakit umum, pengembangan komunitas survivor sebagai peer
support bagi para anak dan pemuda yang masih berjuang melawan kanker, CBC juga memberikan dukungan moral dan
motivasi lewat berbagai kegiatan kreatif dan menyenangkan seperti kemping,
nonton film, games, dan lain-lain.
Kegiatan
rutin yang di jalankan adalah kunjungan rumah sakit setiap 1-2 pekan. Dalam
kunjungan ini CBC biasanya berdiskusi dengan orang tua dan bermain bersama
pasien. Selain itu, Survivor Roadshow, Patient-Survivor Meeting dan
pengembangan Website www. cancerbustercommunity.org. Dengan kegiatan ini telah dijangkau ratusan pasien
penderita kanker (baik secara langsung maupun tidak langsung) oleh jaringan CBC
yang mulai berkembang beberapa kota seperti Jakarta (RS Dharmais, RSCM),
Bandung (RS Hasan Sadikin) , Yogyakarta (RS Sardjito) , Semarang (RS Kariadi), Medan
(RS Pirngadi), Padang (RS M Jamil) dan Surabaya (RS Soetomo dan RS Onkologi).
Hingga
kini telah bergabung puluhan relawan survivor di kota-kota besar, menurut CBC baik secara langsung maupun tidak
langsung, masyarakat dapat memiliki tempat bertanya bila anak mereka mengalamai
gejala dini kanker serta dapat
disarankan ke dokter terdekat untuk pemeriksaan dini. Pasien dan orang tua juga
lebih memiliki motivasi untuk menjalani pengobatan medis secara teratur.
Melalui Advokasi pendanaan kanker, terbuka akses pendanaan bagi kelompok
keluarga kurang mampu. Serta para pasien
dan orang tua telah memiliki contoh sukses dari pengobatan kanker sehingga
mereka semakin yakin bahwa dengan pengobatan yang sesuai, kanker dapat
disembuhkan. Kedepan CBC akan me reborn kembali komunitas CBC menjadi komunitas
yang lebih banyak memfasilitasi partisipan pemuda untuk dapat bergerak bersama
mengadvokasi dan mendampingi para penderita kanker anak dan keluarganya.
Keyword
: Kanker anak, motivasi, akses informasi kesehatan, survivor
Mobile
: 021-7659758 / 0812 8420120