Ahfi Wahyu Hidayat, Yogyakarta
Usia terpilih 25 Tahun
“Friend Raising & Fun raising” untuk kampanye lingkungan
Peran generasi muda dalam gerakan
lingkungan memberikan kontribusi yang sangat penting. Untuk itu, perlu
adanya wadah yang bisa memfasilitasi anak muda untuk belajar hingga
akhirnya membuat kegiatan positif untuk lingkungan. Atas dasar alasan
tersebut, tahun 2004, Wahyu membentuk Sahabat Lingkungan. Sahabat
Lingkungan adalah sebuah perkumpulan independen yang ingin mewujudkan
gerakan sosial lingkungan melalui inisiator-inisiator kelompok muda.
Melalui Sahabat Lingkungan, Wahyu
mengajak anak muda untuk aktif terjun ke masyarakat dan melakukan
kegiatan lingkungan melalui kampanye “Friend raising & Fun raising”.
Ia melakukan pendampingan masyarakat kampung Gambiran untuk pengelolaan
sampah mandiri dengan melibatkan anak-anak muda yang tergabung di
Sahabat Lingkungan untuk mengorganisir masyarakat, bertemu dengan stake
holder birokrasi, walikota dan mengajak mereka bergerak bersama
melakukan perubahan. Hingga saat ini, ada 4 kampung dan satu kelompok
ibu-ibu yang terlibat dalam pengelolaan sampah swa-kelola sahabat
lingkungan.
Dalam melakukan kegiatannya Sahabat Lingkungan selalu
melibatkan pemuda dari kampung tersebut atau pemuda dari luar kampung.
Selain itu, anak-anak muda yang tergabung di Sahabat Lingkungan juga
rutin mengadakan pelatihan lingkungan dan diskusi mingguan untuk
meningkatkan kapasitas mereka. Sahabat lingkungan telah melibatkan lebih
dari 1000 kelompok muda untuk beraktifitas lingkungan. Kedepannya, Ahfi
akan ingin membuat Aliansi Sahabat Lingkungan se Asia Pasifik (Friends of the Earth), untuk
membangun jaringan diantara pemuda sehingga perubahan bisa meluas. Hingga kini Shalink masih terus berkembang kendati Ahfi lebih berperan menjadi penasihat dan supporter. Untuk bergabung dalam kegiatan Shalink, dapat klik disini.
Saat ini Ahfi masih merampungkan studi Magister Ilmu Lingkungan Hidup di Universitas Gajah Mada, Ahfi juga masih terus meneruskan passionnya menjadi community facilitator dengan melakukan action research di daerah Taman Nasional Alas Purwo, pendampingan masyarakat Karst Gunung Kidul dan berjejaring dengan jaringan pendamping masyarakat lainnya.
Ajeng Rahmani Rijadi , Jakarta
Gerakan Campus Eco - Lifestyle
Usia terpilih: 24 Tahun
Sampah
merupakan masalah lingkungan yang hampir terjadi di semua tempat.
Kampus, sebagai salah satu penghasil sampah, perlu berperan dalam solusi
masalah sampah. Ajeng melihat pengelolaan sampah berbasis kampus
merupakan salah satu upaya strategis penyelesaian masalah tersebut.
Upaya
pengelolaan sampah di kampus tersebut dimulainya dari mengurangi sampah
kertas. Ia menginisiasi Gerakan untuk menghemat penggunaan kertas ini
dimulainya di lingkungan FISIP UI (lingkungan dimana Ajeng kuliah).
Strategi yang ia lakukan mulai dari mengumpulkan dukungan melalui
penandatanganan petisi, memberikan penyadaran melalui pemasangan media
kampanye di berbagai titik strategis dan juga advokasi kebijakan kampus
untuk mendukung gerakannya tersebut.
Gerakan
kertas bolak balik ini bisa dibilang berhasil karena bisa berkontribusi
dalam mengurangi setengah konsumsi kertas di FISIP yang berarti juga
telah membantu mengurangi sekitar 2 juta hektar lahan pohon yang
ditebang. Selain itu, total dana yang bisa dihemat FISIP dalam
penggunaan kertas per tahunnya adalah sekitar 15-20 juta, dengan
estimasi sekitar 5000 mahasiswa FISIP UI mengikuti aturan yang telah
ditetapkan. Selain itu, gerakan tersebut akhirnya diadopsi oleh BEM UI
untuk diterapkan di tingkat universitas, yang berarti gerakan kertas
bolak-balik di FISIP UI telah menginspirasi teman-teman di luar FISIP
untuk juga mengusung gerakan ini. Jika aturan itu berhasil diadopsi di
tingkat universitas,maka akan berperan dalam mengajak sekitar 30.000
mahasiswa UI dalam menyelamatkan pohon di dunia.
Cornelia Lingawan, Jakarta
Pemberdayaan Pelajar Untuk Gerakan Reuse Grey Water
Usia terpilih :17 Tahun
Limbah air rumah tangga (grey water)
merupakan salah satu kontributor terhadap pencemaran air tanah dan
sungai. Kenyataan bahwa masih sedikit masyarakat yang mau menggunakan
kembali grey waternya membuat Conny (sapaan akrab Cornelia) tertantang menciptakan inovasi penampungan grey water bagi masyarakat agar grey water tersebut bisa digunakan kembali.
Dengan dukungan aktif dari sekolah, Conny dan tim melakukan penelitian alat untuk memudahkan masyarakat menampung grey water. Setelah mengembangkan alat, mereka aktif mensosialisasikan penggunaan kembali grey water melalui berbagai event di sekolah seperti open house, tournament antar sekolah, hingga mensosialisasikan penggunaan kembali grey water ke kelas-kelas. Conny dan tim mulai mengaplikasikan alat penampung grey water
sederhana mereka di rumah masing-masing, sambil terus aktif
mengembangkan alat yang lebih praktis dan dapat diterima oleh
masyarakat.
Saat ini
aktivitas sosialisasi telah diapresiasi positif oleh beberapa sekolah
lain dan berminat untuk mengaplikasikan alat penampung grey water.
Beberapa masyarakat di sekitar perumahan Conny dan tim juga berminat
mengaplikasikan alat tersebut. Untuk selanjutnya, Conny dan tim menyasar
aplikasi alat yang lebih luas di masyarakat, juga merencanakan untuk
bekerjasama dengan developer perumahan agar dapat mengaplikasikan
teknologi sederhana penampung air sejak awal pembangunan perumahan.
Danial, Bandung
Usia terpilih 25 Tahun
Pemberdayaan Pemuda dan Guru Untuk Gerakan Perubahan Iklim
Keyakinan
bahwa sesungguhnya alam sebagai ruang interaksi manusia untuk memenuhi
hajatnya mutlak perlu dikelola dan dipelihara dengan baik oleh manusia
itu sendiri dan fenomena alam dan kecenderungan reaksi alam yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti peningkatan suhu bumi yang
berdampak terjadinya perubahan iklim telah menginspirasi Danial
membentuk Climate Change Center (C3). Melalui C3, Danial bersama timnya
ingin mengakomodasi kepentingan semua pihak untuk berupaya bersama dalam
usaha mitigasi dan adaptasi terhadap fenomena alam ini. Hal ini
dilakukan melalui kegiatan kajian, kampanye, pendidikan, dan
pengembangan komunitas secara kontinu, intensif untuk menyikapi
perubahan iklim secara bijak dan terencana.
Sejak didirikan tahun 2008, C3 telah mengadakan berbagai kegiatan, seperti project paperless generation. Paperless GenerationWest Java Youth Climate Friends yang diangkat oleh C3 dalam bentuk program kampanye penggunaan media online
sebagai media informasi yang ramah lingkungan. Untuk mempromosikan
idenya, Danial membuat lomba mading online tingkat SMA/SMK, workshop dan
pameran.
Kini Danial turut aktif mengelola Forum Hijau Bandung (FHB) bersama para aktivis lingkungan Bandung lainnya, tujuannya adalah untuk mengembangkan jejaring informasi dan gerakan lingkungan dalam menanggapi isu-isu lingkungan hidup di Bandung
Evan Driyananda, Bandung
Membuat Robot Mainan Sendiri Dari Sampah Nonorganik
Usia saat terpilih : 23 Tahun,
Jiwa
seni yang mengalir dalam diri Evan mendorongnya berinisiatif membuat
art project bernama Recycle Experience. Art projectcharacter robotic
imagination. Inisiatifnya ini praktis menjadi solusi kreatif bagi
masalah sampah nonorganik. yang dimulainya tahun 2006 ini lahir dari
keinginannya membuat dan menata ulang bermacam sampah nonorganik yang
kurang diharapkan keberadaannya menjadi sebuah media ekspresi penyaluran
kemampuan bereksplorasi kaum muda. Misalnya, dari berbagai macam media
yang ada diaplikasikan menjadi beraneka macam
Evan
mengaplikasikan ide kreatif ini kepada anak-anak sekolah dengan melatih
mereka membuat mainan sendiri dari sampah nonorganik. Untuk
menyebarluaskan idenya, bekerja sama dengan berbagai industri kreatif,
desainer, perusahaan, musisi, dan instansi pendidikan, Evan aktif
berpartisipasi dalam berbagai pameran seni, kolaborasi seni, workshop,
dan talkshow. Hingga kini Evan masih terus mengasah passion dan
kreatifitasnya dengan mengolah beragam sampah non organik menjadi benda
seni dan menginspirasi banyak anak muda lain untuk melakukan proses
Recycle Experience.
untuk mengikuti sepak terjang dan dunia penuh kreasi dari evan, yuk klik disini!
Fahmi Dinni, 17 Tahun, Bandung
Kampanye Lingkungan Kreatif Berbasis Sekolah
Lingkungan
yang sehat tercipta dari lingkungan yang bersih. Kebersihan lingkungan
perlu dibangun bersama oleh semua warga di lingkungan tersebut.
Kecintaannya terhadap lingkungan yang bersih serta kesadaran bahwa semua
orang harus mencintai lingkungannya membuat Ami berinisiatif mendirikan
ELOC13 (sebuah organisasi ektrakurikuler lingkungan hidup di SMA Negeri
13 Bandung, tempat dimana Ami sekarang bersekolah).
Melalui
ELOC13, Ami mengajak partisipasi seluruh warga sekolah (teman-teman,
adik kelas, guru-guru, pegawai kantin dan warga sekolah lainnya) untuk
turut serta menjaga lingkungan. Hal ini Ami lakukan melalui berbagai
kegiatan diantaranya workshop, penghijauan, penanaman tanaman obat,
penyuluhan, lomba, cafe sehat dan bazar yang melibatkan seluruh warga
SMA Negeri 13 Bandung.
Setelah 1
tahun berjalannya kegiatan, banyak kemajuan yang mulai terlihat. Warga
sekolah sudah tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat, tanaman
kelas terawat, pemakaian air dan listrik lebih hemat. Hal ini ia raih
berkat tim dan partisipasi seluruh warga sekolah.
Kini Ami beraktivitas menjadi guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di salah satu sekolah dasar di Bandung, sambil memperdalam ilmu edukasi di Universitas Pendidikan Indonesia. Aktivitas lingkungan hidupnya saat ini terwujud dalam komunitas Cangkul Hejo (KCH), dan dapat diikuti perkembangannya di sini.
Khilda Baiti Rohmah, Bandung
Manajemen Sampah Berbasis Peningkatan Kesejahteraan Pengelola Sampah
Usia terpilih 21 Tahun,
Sampah yang kian hari kian banyak dapat
membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia. Pentingnya sanitasi yang
memadai bagi masyarakat membawa Khilda kepada sebuah aksi nyata. Ia
memutuskan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan mutu sanitasi dan juga peningkatan pendapatan.
Ia memulainya dengan mendampingi petugas
sampah di Cimahi. Ia memberi penyuluhan kepada petugas sampah mengenai
pengelolaan sampah, mengajarkan cara membuat kompos dan cara mengolah
sampah plastik menjadi kerajinan yang memiliki nilai jual.
Kedepannya, Khilda ingin melibatkan
lebih banyak lagi masyarakat dalam pengelolaan sampah sehingga tanggung
jawab mengelola sampah tidak dibebankan pada petugas sampah. Ia
mempunyai satu pesan yang selalu membuatnya selalu konsisten bahwa ‘
apabila kita tidak mencoba hari ini maka kita tidak akan pernah tahu apa
yang akan terjadi esok’.
Hingga kini Khilda terus mengembangkan beragam inovasi teknologi pengelolaan sampah bagi masyarakat, salah satu prestasi dan pencapaian terkininya adalah menjadi peraih penghargaan Danamon Award 2011 termuda , ikuti beritanya disini.
selain itu berbagai rangkuman berita mengenai Khilda dapat dilihat pada link2 berikut
Luluk Roudhotul Jannah, GresikPelestarian Telaga Berbasis Edukasi Masyarakat
Usia terpilih : 15 tahun
Telaga
merupakan salah satu sumber air bagi masyarakat. Telaga yang bersih
menjamin kehidupan masyarakat di masa mendatang karenanya penting untuk
dijaga kelestarian dan kebersihannya oleh masyarakat di sekitar telaga.
Melalui
program pelestarian dan pengawasan kondisi Telaga Tretes Desa Ngepung
Kabupaten Gresik Jawa Timur, Luluk mengajak siswa di sekolahnya,
anak-anak muda yang tinggal di sekitar telaga dan juga masyarakat untuk
bersama-sama menjaga kelestarian telaga. Hal ini ia lakukan dengan
mengajak mereka meneliti kualitas air telaga melalui teknik biotilik.
Luluk mengajarkan teknik biotilik ini kepada anak-anak muda di sekitar
telaga dan juga teman-teman di sekolahnya. Bersama-sama mereka memantau
kualitas air telaga. Selain itu, ia mengajak masyarakat untuk melakukan
penghijauan di sekitar telaga.
Hingga
saat ini, ia telah berhasil melakukan beberapa kali observasi telaga
bersama anak-anak muda dan warga di sekitar telaga, mengajak mereka
melakukan penghijauan, penyuluhan dan himbauan kepada warga agar terus
melestarikan telaga.
Berkat inspirasi dan prestasinya ini, Luluk mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di SMU 10 Malang Boarding School - Yayasan Sampoerna Foundation.
Lina Pratica Wijaya, Bali Media Kreatif Edukasi Lingkungan Berbasis Generasi Muda
Usia terpilih :20 Tahun,
Semua hal berawal dari informasi. Lina
melihat pentingnya media informasi dalam mengembangkan kesadaran
lingkungan di masyarakat. Berbekal minat yang besar di bidang media
(menulis dan film), Lina dan timnya membentuk deGenk community.
Komunitas ini bergerak dalam bidang informasi dan edukasi. Produknya
berkisar antara majalah, notebook daur ulang dengan materi lingkungan, video, bahkan merchandise (pin dan t-shirt).
Adanya komunitas ini dan segala bentuk
produk yang diberikan diharapkan dapat membukakan mata masyarakat
terhadap hal-hal yang terjadi khususnya terkait lingkungan (air dan
sanitasi). Hal ini juga merupakan salah satu cara yang fun, menarik dan menyenangkan untuk mentransfer informasi tentang lingkungan.
Selain memberikan informasi, komunitas
ini rajin mengadakan workshop- workshop kecil yang sarat edukasi,
membuat produk dari sampah daur ulang, workshop jurnalistik muda peduli
lingkungan, dan juga kampanye melalui Greentainment, sebuah acara
pagelaran musik, parade band dan pertunjukan seni yang disulap menjadi
media kampanye.
Dalam waktu dekat ini, Lina dan tim
berencana membuat rangkaian acara yang bertujuan untuk mencetak lebih
banyak lagi jurnalis lingkungan muda yang bisa menyebarkan informasi
tentang lingkungan. Acara ini dimulai dengan pelatihan jurnalistik
lingkungan untuk anak muda, kemudian dilanjutkan dengan lomba mading,
essay dan artikel lalu ditutup dengan acara Greentainment.
Hingga kini Lina masih terus mengembangkan Greentail dan menikmati passionnya dalam bidang jurnalistik, dan traveling. Untuk mengikuti kabar dan aktivitasnya, dapat di klik disini
Mega Chrisna Anggraeni Rustanti, Gresik Hutan tani Bantaran sebagai Sarana Kampanye Cinta Sungai
Usia terpilih :18 Tahun
Bantaran sungai berfungsi sebagai filter
air dan habitat ekosistem sungai. Daerah bantaran sungai penting untuk
dipelihara dan pemeliharaan daerah bantaran ini harus tumbuh dari
kepedulian masyarakat. Hal inilah yang menjadi ambisi Mega.
Melalui program Hutan Tani Bantaran
(HTB), Mega mulai melakukan restorasi bantaran di desa Sumengko,
Surabaya. Ia melibatkan masyarakat dan pemuda serta instansi berwenang
untuk bersama-sama menanami lahan bantaran dengan tanaman pangan,
tanaman obat serta pohon produktif. Proses ini ia mulai melalui
wawancara serta sosialisasi pentingnya bantaran sungai ke masyarakat dan
instansi yang berwenang. Kemudian, ia mensosialisasikan fungsi bantaran
yang ia sebut dengan 4E (ekologis, edukasi, ekonomis dan ecotourism).
Saat ini ia telah berhasil mereplikasi
program HTB di desa Lebani Waras. HTB ini telah terealisasi di 2 desa
dengan masing-masing luas lahan 8,000m2 di desa Sumengko dan 4,000m2
di desa Lebani Waras. Dalam mewujudkan program ini, ia berhasil
melibatkan 300 orang yang berasal dari masyarakat, pemuda, instansi
pemerintah dan LSM, dan sekolah lain. Hingga kini sudah ada beberapa
sekolah yang mereplikasi program ini di daerahnya masing-masing.