Jumat, 02 Desember 2011

Young Changemakers 2009

Ahfi Wahyu Hidayat, Yogyakarta
Usia terpilih 25 Tahun
“Friend Raising & Fun raising” untuk kampanye lingkungan
Peran generasi muda dalam gerakan lingkungan memberikan kontribusi yang sangat penting. Untuk itu, perlu adanya wadah yang bisa memfasilitasi anak muda untuk belajar hingga akhirnya membuat kegiatan positif untuk lingkungan. Atas dasar alasan tersebut, tahun 2004, Wahyu membentuk Sahabat Lingkungan. Sahabat Lingkungan adalah sebuah perkumpulan independen yang ingin mewujudkan gerakan sosial lingkungan melalui inisiator-inisiator kelompok muda.

Melalui Sahabat Lingkungan, Wahyu mengajak anak muda untuk aktif terjun ke masyarakat dan melakukan kegiatan lingkungan melalui kampanye “Friend raising & Fun raising”. Ia melakukan pendampingan masyarakat kampung Gambiran untuk pengelolaan sampah mandiri dengan melibatkan anak-anak muda yang tergabung di Sahabat Lingkungan untuk mengorganisir masyarakat, bertemu dengan stake holder birokrasi, walikota dan mengajak mereka bergerak bersama melakukan perubahan. Hingga saat ini, ada 4 kampung dan satu kelompok ibu-ibu yang terlibat dalam pengelolaan sampah swa-kelola sahabat lingkungan. 

Dalam melakukan kegiatannya Sahabat Lingkungan selalu melibatkan pemuda dari kampung tersebut atau pemuda dari luar kampung. Selain itu, anak-anak muda yang tergabung di Sahabat Lingkungan juga rutin mengadakan pelatihan lingkungan dan diskusi mingguan untuk meningkatkan kapasitas mereka. Sahabat lingkungan telah melibatkan lebih dari 1000 kelompok muda untuk beraktifitas lingkungan. Kedepannya, Ahfi akan ingin membuat Aliansi Sahabat Lingkungan se Asia Pasifik (Friends of the Earth), untuk membangun jaringan diantara pemuda sehingga perubahan bisa meluas. Hingga kini Shalink masih terus berkembang kendati Ahfi lebih berperan menjadi penasihat dan supporter. Untuk bergabung dalam kegiatan Shalink, dapat klik disini

Saat ini Ahfi masih merampungkan studi Magister Ilmu Lingkungan Hidup di Universitas Gajah Mada, Ahfi juga masih terus meneruskan passionnya menjadi community facilitator dengan melakukan action research di daerah Taman Nasional Alas Purwo, pendampingan masyarakat Karst Gunung Kidul dan berjejaring dengan jaringan pendamping masyarakat lainnya.







Ajeng Rahmani Rijadi  , Jakarta
Gerakan Campus Eco - Lifestyle 
Usia terpilih: 24 Tahun

 
Sampah merupakan masalah lingkungan yang hampir terjadi di semua tempat. Kampus, sebagai salah satu penghasil sampah, perlu berperan dalam solusi masalah sampah. Ajeng melihat pengelolaan sampah berbasis kampus merupakan salah satu upaya strategis penyelesaian masalah tersebut.

Upaya pengelolaan sampah di kampus tersebut dimulainya dari mengurangi sampah kertas. Ia menginisiasi  Gerakan untuk menghemat penggunaan kertas ini dimulainya di lingkungan FISIP UI (lingkungan dimana Ajeng kuliah). Strategi yang ia lakukan mulai dari mengumpulkan dukungan melalui penandatanganan petisi, memberikan penyadaran melalui pemasangan media kampanye di berbagai titik strategis dan juga advokasi kebijakan kampus untuk mendukung gerakannya tersebut.

Gerakan kertas bolak balik ini bisa dibilang berhasil karena bisa berkontribusi dalam mengurangi setengah konsumsi kertas di FISIP yang berarti juga telah membantu mengurangi sekitar 2 juta hektar lahan pohon yang ditebang. Selain itu, total dana yang bisa dihemat FISIP dalam penggunaan kertas per tahunnya adalah sekitar 15-20 juta, dengan estimasi sekitar 5000 mahasiswa FISIP UI mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Selain itu, gerakan tersebut akhirnya diadopsi oleh BEM UI untuk diterapkan di tingkat universitas, yang berarti gerakan kertas bolak-balik di FISIP UI telah menginspirasi teman-teman di luar FISIP untuk juga mengusung gerakan ini. Jika aturan itu berhasil diadopsi di tingkat universitas,maka akan berperan dalam mengajak sekitar 30.000 mahasiswa UI dalam menyelamatkan pohon di dunia.



Cornelia Lingawan, Jakarta
Pemberdayaan Pelajar Untuk Gerakan Reuse Grey Water
Usia terpilih :17 Tahun
Limbah air rumah tangga (grey water) merupakan salah satu kontributor terhadap pencemaran air tanah dan sungai. Kenyataan bahwa masih sedikit masyarakat yang mau menggunakan kembali grey waternya membuat Conny (sapaan akrab Cornelia) tertantang menciptakan inovasi penampungan grey water bagi masyarakat agar grey water tersebut bisa digunakan kembali.

Dengan dukungan aktif dari sekolah, Conny dan tim  melakukan penelitian alat untuk memudahkan masyarakat menampung grey water. Setelah mengembangkan alat,  mereka  aktif mensosialisasikan penggunaan kembali grey water melalui berbagai  event di sekolah seperti open house, tournament antar sekolah, hingga mensosialisasikan penggunaan kembali grey water ke kelas-kelas. Conny dan tim  mulai mengaplikasikan alat penampung grey water sederhana mereka di rumah masing-masing, sambil  terus aktif  mengembangkan alat yang lebih praktis dan dapat diterima oleh masyarakat.

Saat ini aktivitas sosialisasi telah diapresiasi positif oleh beberapa sekolah lain dan berminat untuk mengaplikasikan alat penampung grey water. Beberapa  masyarakat di sekitar perumahan Conny dan tim juga berminat mengaplikasikan alat tersebut. Untuk selanjutnya, Conny dan tim menyasar aplikasi alat yang lebih luas di masyarakat, juga merencanakan untuk bekerjasama dengan developer perumahan agar dapat mengaplikasikan teknologi sederhana penampung air sejak awal pembangunan perumahan.



Danial, Bandung
Usia terpilih 25 Tahun
Pemberdayaan Pemuda dan Guru Untuk Gerakan Perubahan Iklim
 
Keyakinan bahwa sesungguhnya alam sebagai ruang interaksi manusia untuk memenuhi hajatnya mutlak perlu dikelola dan dipelihara dengan baik oleh manusia itu sendiri dan fenomena alam dan kecenderungan reaksi alam yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti peningkatan suhu bumi yang berdampak terjadinya perubahan iklim telah menginspirasi Danial membentuk Climate Change Center (C3). Melalui C3, Danial bersama timnya ingin mengakomodasi kepentingan semua pihak untuk berupaya bersama dalam usaha mitigasi dan adaptasi terhadap fenomena alam ini. Hal ini dilakukan melalui kegiatan kajian, kampanye, pendidikan, dan pengembangan komunitas secara kontinu, intensif untuk menyikapi perubahan iklim secara bijak dan terencana.


Sejak didirikan tahun 2008, C3 telah mengadakan berbagai kegiatan, seperti project paperless generation. Paperless GenerationWest Java Youth Climate Friends yang diangkat oleh C3 dalam bentuk program kampanye penggunaan media online sebagai media informasi yang ramah lingkungan. Untuk mempromosikan idenya, Danial membuat lomba mading online tingkat SMA/SMK, workshop dan pameran. 

Kini Danial turut aktif mengelola Forum Hijau Bandung (FHB) bersama para aktivis lingkungan Bandung lainnya, tujuannya adalah untuk mengembangkan jejaring informasi dan gerakan lingkungan dalam menanggapi isu-isu lingkungan hidup di Bandung




Evan Driyananda, Bandung 
Membuat Robot Mainan Sendiri Dari Sampah Nonorganik
Usia saat terpilih : 23 Tahun,




Jiwa seni yang mengalir dalam diri Evan mendorongnya berinisiatif membuat art project bernama Recycle Experience. Art projectcharacter robotic imagination. Inisiatifnya ini praktis menjadi solusi kreatif bagi masalah sampah nonorganik. yang dimulainya tahun 2006 ini lahir dari keinginannya membuat dan menata ulang bermacam sampah nonorganik yang kurang diharapkan keberadaannya menjadi sebuah media ekspresi penyaluran kemampuan bereksplorasi kaum muda. Misalnya, dari berbagai macam media yang ada diaplikasikan menjadi beraneka macam

Evan mengaplikasikan ide kreatif ini kepada anak-anak sekolah dengan melatih mereka membuat mainan sendiri dari sampah nonorganik. Untuk menyebarluaskan idenya, bekerja sama dengan berbagai industri kreatif, desainer, perusahaan, musisi, dan instansi pendidikan, Evan aktif berpartisipasi dalam berbagai pameran seni, kolaborasi seni, workshop, dan talkshow. Hingga kini Evan masih terus mengasah passion dan kreatifitasnya dengan mengolah beragam sampah non organik menjadi benda seni dan menginspirasi banyak anak muda lain untuk melakukan proses Recycle Experience.

untuk mengikuti sepak terjang dan dunia penuh kreasi dari evan, yuk klik disini!




Fahmi Dinni, 17 Tahun, Bandung
Kampanye Lingkungan Kreatif Berbasis Sekolah
Lingkungan yang sehat tercipta dari lingkungan yang bersih. Kebersihan lingkungan perlu dibangun bersama oleh semua warga di lingkungan tersebut. Kecintaannya terhadap lingkungan yang bersih serta kesadaran bahwa semua orang harus mencintai lingkungannya membuat Ami berinisiatif mendirikan ELOC13 (sebuah organisasi ektrakurikuler lingkungan hidup di SMA Negeri 13 Bandung, tempat dimana Ami sekarang bersekolah).

Melalui ELOC13, Ami mengajak partisipasi seluruh warga sekolah (teman-teman, adik kelas, guru-guru, pegawai kantin dan warga sekolah lainnya) untuk turut serta menjaga lingkungan. Hal ini Ami lakukan melalui berbagai kegiatan diantaranya workshop, penghijauan, penanaman tanaman obat, penyuluhan, lomba, cafe sehat dan bazar yang melibatkan seluruh warga SMA Negeri 13 Bandung.

Setelah 1 tahun berjalannya kegiatan, banyak kemajuan yang mulai terlihat. Warga sekolah sudah tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat, tanaman kelas terawat, pemakaian air dan listrik lebih hemat. Hal ini ia raih berkat tim dan partisipasi seluruh warga sekolah.

Kini Ami beraktivitas menjadi guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di salah satu sekolah dasar di Bandung, sambil memperdalam ilmu edukasi di Universitas Pendidikan Indonesia. Aktivitas lingkungan hidupnya saat ini terwujud dalam komunitas Cangkul Hejo (KCH), dan dapat diikuti perkembangannya di sini.


Khilda Baiti Rohmah, Bandung
Manajemen Sampah Berbasis Peningkatan Kesejahteraan Pengelola Sampah
Usia terpilih 21 Tahun, 
 
Sampah yang kian hari kian banyak dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia. Pentingnya sanitasi yang memadai bagi masyarakat membawa Khilda kepada sebuah aksi nyata. Ia memutuskan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan mutu sanitasi dan juga peningkatan pendapatan.

Ia memulainya dengan mendampingi petugas sampah di Cimahi. Ia memberi penyuluhan kepada petugas sampah mengenai pengelolaan sampah, mengajarkan cara membuat kompos dan cara mengolah sampah plastik menjadi kerajinan yang memiliki nilai jual.

Kedepannya, Khilda ingin melibatkan lebih banyak lagi masyarakat dalam pengelolaan sampah sehingga tanggung jawab mengelola sampah tidak dibebankan pada petugas sampah. Ia mempunyai satu pesan yang selalu membuatnya selalu konsisten bahwa ‘ apabila kita tidak mencoba hari ini maka kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok’.

Hingga kini Khilda terus mengembangkan beragam inovasi teknologi pengelolaan sampah bagi masyarakat, salah satu prestasi dan pencapaian terkininya adalah menjadi peraih penghargaan Danamon Award 2011 termuda  , ikuti beritanya disini

selain itu berbagai rangkuman berita mengenai Khilda dapat dilihat pada link2 berikut 


Luluk Roudhotul Jannah, GresikPelestarian Telaga Berbasis Edukasi Masyarakat
Usia terpilih : 15 tahun
Telaga merupakan salah satu sumber air bagi masyarakat. Telaga yang bersih menjamin kehidupan masyarakat di masa mendatang karenanya penting untuk dijaga kelestarian dan kebersihannya oleh masyarakat di sekitar telaga.

Melalui program pelestarian dan pengawasan kondisi Telaga Tretes Desa Ngepung Kabupaten Gresik Jawa Timur, Luluk mengajak siswa di sekolahnya, anak-anak muda yang tinggal di sekitar telaga dan juga masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian telaga. Hal ini ia lakukan dengan mengajak mereka meneliti kualitas air telaga melalui teknik biotilik. Luluk mengajarkan teknik biotilik ini kepada anak-anak muda di sekitar telaga dan juga teman-teman di sekolahnya. Bersama-sama mereka memantau kualitas air telaga. Selain itu, ia mengajak masyarakat untuk melakukan penghijauan di sekitar telaga.

Hingga saat ini, ia telah berhasil melakukan beberapa kali observasi telaga bersama anak-anak muda dan warga di sekitar telaga, mengajak mereka melakukan penghijauan, penyuluhan dan himbauan kepada warga agar terus melestarikan telaga.

Berkat inspirasi dan prestasinya ini, Luluk mendapatkan kesempatan untuk  melanjutkan pendidikannya di SMU 10 Malang Boarding School - Yayasan Sampoerna Foundation.  



Lina Pratica Wijaya, Bali Media Kreatif Edukasi Lingkungan Berbasis Generasi Muda 
Usia terpilih :20 Tahun,
Semua hal berawal dari informasi. Lina melihat pentingnya media informasi dalam mengembangkan kesadaran lingkungan di masyarakat. Berbekal minat yang besar di bidang media (menulis dan film), Lina dan timnya membentuk deGenk community. Komunitas ini  bergerak dalam bidang informasi dan edukasi. Produknya berkisar antara majalah, notebook daur ulang dengan materi lingkungan, video, bahkan merchandise (pin dan t-shirt).


Adanya komunitas ini dan segala bentuk produk yang diberikan diharapkan dapat membukakan mata masyarakat terhadap hal-hal yang terjadi khususnya terkait lingkungan (air dan sanitasi). Hal ini juga merupakan salah satu cara yang fun, menarik dan menyenangkan untuk mentransfer informasi tentang lingkungan.


Selain memberikan informasi, komunitas ini rajin mengadakan workshop- workshop kecil yang sarat edukasi, membuat produk dari sampah daur ulang, workshop jurnalistik muda peduli lingkungan, dan juga kampanye melalui Greentainment, sebuah acara pagelaran musik, parade band dan pertunjukan seni yang disulap menjadi media kampanye.


Dalam waktu dekat ini, Lina dan tim berencana membuat rangkaian acara yang bertujuan untuk mencetak lebih banyak lagi jurnalis lingkungan muda yang bisa menyebarkan informasi tentang lingkungan. Acara ini dimulai dengan pelatihan jurnalistik lingkungan untuk anak muda, kemudian dilanjutkan dengan lomba mading, essay dan artikel lalu ditutup dengan acara Greentainment.

Hingga kini Lina masih terus mengembangkan Greentail dan menikmati passionnya dalam bidang jurnalistik, dan traveling. Untuk mengikuti kabar dan aktivitasnya, dapat di klik disini




Mega Chrisna Anggraeni Rustanti, Gresik Hutan tani Bantaran sebagai Sarana Kampanye Cinta Sungai 
Usia terpilih :18 Tahun 
 
Bantaran sungai berfungsi sebagai filter air dan habitat ekosistem sungai. Daerah bantaran sungai penting untuk dipelihara dan pemeliharaan daerah bantaran ini harus tumbuh dari kepedulian masyarakat. Hal inilah yang menjadi ambisi Mega.


Melalui program Hutan Tani Bantaran (HTB), Mega mulai melakukan restorasi bantaran di desa Sumengko, Surabaya. Ia melibatkan masyarakat dan pemuda serta instansi berwenang untuk bersama-sama menanami lahan bantaran dengan tanaman pangan, tanaman obat serta pohon produktif. Proses ini ia mulai melalui wawancara serta sosialisasi pentingnya bantaran sungai ke masyarakat dan instansi yang berwenang. Kemudian, ia mensosialisasikan fungsi bantaran yang ia sebut dengan 4E (ekologis, edukasi, ekonomis dan ecotourism).


Saat ini ia telah berhasil mereplikasi program HTB di desa Lebani Waras. HTB ini telah terealisasi di 2 desa dengan masing-masing luas lahan 8,000m2 di desa Sumengko dan 4,000m2 di desa Lebani Waras. Dalam mewujudkan program ini, ia berhasil melibatkan 300 orang yang berasal dari masyarakat, pemuda, instansi pemerintah dan LSM, dan sekolah lain. Hingga kini sudah ada beberapa sekolah yang mereplikasi program ini di daerahnya masing-masing. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar