Dok. Simon Seffi (YCM 2012) |
Di Amfoang (6 kecamatan), tidak sedikit siswa di tidak sedikit SD yang hingga kelas III bahkan kelas IV belum bisa membaca, menulis, dan berhitung. Akibatnya, selain penguasaan materi pembelajaran yang tidak terlalu maksimal hingga rendahnya kualitas lulusan, adik-adik juga dipastikan akan kesulitan memahami materi lanjutan pada jenjang pendidikan berikutnya. Sehingga tidak berlebihan jika kualitas pendidikan di kabupaten kupang khususnya di Amfoang terkesan sementara berada pada kondisi ‘darurat’ jika dikaitkan dengan pencapaian kelulusan tahun ini (tahun-tahun sebelumnya juga tidak berbeda jauh) yang menempatkan Kabupaten Kupang pada posisi juru kunci dari posisi kabupaten lainnya di propinsi NTT, yang juga menempati posisi juru kunci pada pencapaian tingkat kelulusan secara nasional. Minimnya jumlah termasuk sebaran guru yang tidak merata, mekanisme pengambilan gaji yang mengharuskan tiap guru ke kota kabupaten meninggalkan tugas pokoknya paling cepat seminggu akibat buruknya kondisi sarana dan prasarana transportasi dari dan ke Amfoang, belum maksimalnya dukungan sarana dan prasarana pembelajaran, diduga termasuk merupakan bagian faktor penyebab masalah tersebut di atas.
Di SDN Fatumonas, tidak sedikit siswa yang hingga kelas III belum bisa membaca dan menulis termasuk berhitung, sehingga dalam kegiatan pelatihan, para calon guru cilik ini diajak berdiskusi mengenai yang bisa dilakukan untuk membantu adik-adik mereka sebelum akhirnya mereka sendiri yang berinisiatif membentuk kelompok belajar dan mengajak adik-adik mereka untuk terlibat. Selain materi terkait apa yang akan dilakukan sebagai guru cilik dalam kelompok belajar, hal-hal teknis dalam pembelajaran di kelompok belajar, para guru cilik ini juga mendapat materi mengenai perilaku hidup sehat yang diberikan oleh kakak-kakak petugas kesehatan (Bidan Desa) dari puskesmas Fatumonas (saat itu, bersama pihak sekolah langsung merencanakan pengadaan fasilitas cuci tangan di sekolah dan para siswa diharuskan mencuci tangan sebelum jajan). Rencananya, selain kemampuan dasar (baca, tulis dan hitung), materi-materi kesehatan juga akan disampaikan di tiap kelompok belajar sekali setiap bulan oleh para petugas kesehatan, termasuk adanya kebun sayur yang harus dimiliki oleh tiap kelompok belajar termasuk tiap anggota kelompoknya. Di hari terakhir, para guru cilik yang telah membentuk kelompok dan duduk berkelompok sesuai kelompok belajar membuat rencana tindak lanjut di tiap kelompok termasuk hari dan jam (jadwal) kegiatannya.
Dalam diskusi di akhir kegiatan, pihak sekolah berjanji akan memantau aktifitas di tiap kelompok belajar, dan bersama-sama dengan KMPA akan mengevaluasi perkembangan di kelompok belajar dengan menyelenggrakan kegiatan lomba membaca cepat, menulis, atau kegiatan lain sejenis (dikondisikan) setiap 4 bulan.
cerita ini ditulis oleh Simon Seffi, Ashoka Young Changemakers 2012